Senin 22
Juli 2019
Pdt Erastus
Sabdono
Dalam
pengenalan akan Tuhan kita dilatih untuk berinteraksi dengan Dia. Interaksi
inilah yang kemudian menjadi awal bagi kita berjalan dengan Tuhan
Bila
seseorang mengaku Kristen namun tidak pernah berinteraksi dengan Tuhan, maka tentu
dia sebetulnya tidak mengenal Pribadi yang ia akui sebagai Tuhan. Naif kalau
merasa mengenal seseorang hanya dari buku atau cerita orang lain tentang orang
tersebut tetapi sebetulnya kita tidak mengenal dia secara pribadi. Pengertian
dan pengenalan kita tentang Tuhan disempurnakan dengan pengalaman berinteraksi
dengan Dia. Dan sukses hidup kita haruslah diukur dari apakah kita punya
pengalaman berinteraksi dengan Dia atau tidak?
Konyolnya, banyak
orang Kristen ketika berada dalam suasana ibadah KKR dan sebagainya, merasa
dijamah dan bertemu Tuhan ketika ia menangis dan terbawa larut dalam fantasi seakan-akan
ia bertemu Tuhan. Kemudian itu dianggap sebagai suatu pengalaman bertemu dengan
Tuhan, padahal tidak sedikit dari itu hanyalah permainan emosi semata. Seperti
orang melakukan onani atau masturbasi yang mencapai kepuasan seks tanpa partner.
Dan banyak orang Kristen seperti itu. Merasa sudah dijamah dan puas saat larut
dalam suasana ibadah, namun sebetulnya Tuhan tidak merasa apa-apa. Kita seringkali terjebak dalam pemikiran bahwa
seakan-akan Allah bisa disogok dengan pujian dan nyanyian yang kita naikkan lalu
Ia hadir dan menjamah kita. Sebetulnya bukan hanya di gereja saja, tetapi
justru dalam kehidupan sehari-hari kita harus
sungguh mempercayai bahwa Tuhan hidup
dan nyata.
Berkaca dari
Alkitab, Alkitab yang kita baca bukanlah sekedar buku karangan biasa, tetapi
fakta tentang kehidupan yang dialami
manusia. Oleh sebab itu Alkitab harus dibaca berulang-ulang sehingga kisah yang tertulis didalamnya begitu
dekat dengan kita, seolah-olah kita hadir dalam semua peristiwa tersebut. Dalam
PB Yesus sudah berbicara kepada kita, dan
surat-surat Paulus seakan ditujukan kepada kita. Dengan membaca dan merenungkan
Alkitab minimal tiga puluh menit setiap hari, Tuhan akan memunculkan banyak
kisah dalam Alkitab sebagai contoh bagi kita, untuk kita belajar. Alkitab harus
kita pandang sebagai pendahuluan dari isi buku kehidupan kita
Jadi Alkitab
adalah bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan dari karier dan keluarga kita.
Jika membaca
bagaimana pergumulan yang dialami tokoh-tokoh iman dalam Alkitab sampai mereka
benar-benar mengalami Tuhan, maka kita pun harus mengalami hal yang sama
meskipun dalam kasus yang berbeda.
Ketika kisah
mereka ditulis, bukan berarti mereka lebih special dimata Tuhan, sebab dimata
Tuhan kita tentu memilki hak dan kesempatan yang sama.
Jadi dalam pengalaman
berinteraksi dengan Tuhan, kita harus melihat bagaimana perjalanan tokoh-tokoh
iman. Mereka ditolak, mereka dihina, dianggap gila bahkan dibunuh. Tetapi
justru dari situlah mereka menemukan Tuhan secara pribadi. Demikian juga kita,
pengalaman kita menemukan Tuhan tidak hanya saat kita terbawa dalam suasana
ibadah digereja, tetapi bagaimana kehidupan kita sehari-hari membawa kita pada
pengenalan akan Dia. Kita mungkin tidak akan mengalami hal sebagaimana dialami
Paulus, Petrus dan para rasul yang lain, tetapi dalam kasus yang berbeda.
Mungkin saat kesempatan berbuat dosa ada, kita memilih untuk tidak
melakukannya. Saat kita disakiti dan dihina, kita diam dan tidak membalas. Dan
sebagainya, dan saat kita bertekun dalam kehidupan seperti ini, maka inilah
awal pengenalan kita akan Tuhan. Memang tidak mudah, tetapi Roh Kudus pasti
menolong jika kita bersungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar