Pintu
Keselamatan, Pdt, J. E. Awondatu, PDO Filemon, 03 Oktober 2016
Lukas 13:22-30
Dalam
pelayanan-Nya, Yesus lebih banyak mengajar daripada berkotbah kepada
orang-orang yang Ia jumpai. Suatu waktu dalam perjalan-Nya menuju Yerusalem, Ia
mengajarkan banyak hal mengenai keselamatan, terutama kepada bangsa Yahudi. Sebagai
bangsa pilihan Allah, bangsa Yahudi merasa bahwa merekalah yang paling berhak untuk
memperoleh keselamatan, sebab hanya mereka satu-satunya bangsa yang melakukan
Taurat. Namun hal tersebut rupanya bertentangan dengan injil yang disampaikan
oleh Yesus. Sebab keselamatan bukan didapatkan lewat melakukan hukum Taurat, melainkan ikut dan percaya
dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dan injil
keselamatan tersebut telah tersebar keseluruh dunia sampai saat ini (Kisah
2:41, 74 ; 4:4).
Dalam
perjalanan kali ini, Yesus mengetahui bahwa Ia akan segera menggenapi kehendak
Bapa-Nya menebus dosa manusia melalui jalan salib. Sebagai pengikut Tuhan, kitapun
harus tahu apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita. Kehendak Allah
yang utama dalam hidup kita adalah keselamatan, dan keselamatan hanya dapat
diperoleh dengan berjalan melalui pintu yang menuju keselamatan. Tersebut,
yaitu Yesus. (Band. Filipi 3:13-14).
Yesus
menggambarkan diri-Nya sebagai “pintu yang sempit” yang kita lalui. Yesus
berkata “Berjuanglah untuk masuk melalui
pintu yang sesak itu!” (Lukas 13:24). Kata “berjuanglah” (Strive, KJV), agonizomai, mengandung pengertian,
seperti orang yang akan melepas nyawa atau meninggal. Hal ini mengandung
pengertian bahwa berjalan mengikut Tuhan, kita tidak boleh dengan
“santai-santai”. Kita harus memacu diri dengan berjuang menanggalkan semua
beban yang dapat menghalangi kita berjalan. (Ibrani 12:1-2). Beban tersebut
dapat berupa dosa, ketergantungan terhadap hal-hal duniawi, dan sebagainya.
Bahkan sakit hati, dendam dan amarahpun bisa menjadi beban bagi kita untuk
berjalan. Perjuangan mengikut Tuhan atau berjalan melalui pintu yang sempit
bukanlah perjuangan yang mudah. Namun ketika kita dengan tekun melakukannya,
maka jaminan pemeliharaan Allah akan tetap kita alami. (Band. Yohanes 10:7-9).
Pintu
kemurahan Allah saat ini masih terbuka. Namun ada saat dimana “Tuan Rumah” yaitu
Allah menutup pintu-Nya, dan kesempatan untuk masuk sudah tidak ada lagi. Jadi
selama masih ada waktu, mari kita mempergunakan dengan baik. Orang-orang yang
ditolak oleh pemilik rumah dalam perikop ini merupakan gambaran dari gereja
Tuhan yang hanya sibuk melakukan kegiatan gereja mereka secara rutin, dalam hal
ini perjamuan, mendengar firman, berdoa, melakukan mujizat, dan sebagainya
(Matius 7:21-22), namun mereka justru melupakan hal yang paling penting
dilakukan oleh seorang pengikut Tuhan, yakni mengenal Allah secara pribadi. Itulah
sebabnya pengenalan kepada Allah jauh lebih penting daripada sekadar sibuk
dengan pelayanan yang kadang-kadang hanya dilakukan sebagai rutinitas semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar