Jumat, 07 Oktober 2016

Pdt. J. E. Awondatu, Pintu Keselamatan

Pintu Keselamatan, Pdt, J. E. Awondatu, PDO Filemon, 03 Oktober 2016
Lukas 13:22-30

Dalam pelayanan-Nya, Yesus lebih banyak mengajar daripada berkotbah kepada orang-orang yang Ia jumpai. Suatu waktu dalam perjalan-Nya menuju Yerusalem, Ia mengajarkan banyak hal mengenai keselamatan, terutama kepada bangsa Yahudi. Sebagai bangsa pilihan Allah, bangsa Yahudi merasa bahwa merekalah yang paling berhak untuk memperoleh keselamatan, sebab hanya mereka satu-satunya bangsa yang melakukan Taurat. Namun hal tersebut rupanya bertentangan dengan injil yang disampaikan oleh Yesus. Sebab keselamatan bukan didapatkan lewat melakukan  hukum Taurat, melainkan ikut dan percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dan injil keselamatan tersebut telah tersebar keseluruh dunia sampai saat ini (Kisah 2:41, 74 ; 4:4).
Dalam perjalanan kali ini, Yesus mengetahui bahwa Ia akan segera menggenapi kehendak Bapa-Nya menebus dosa manusia melalui jalan salib. Sebagai pengikut Tuhan, kitapun harus tahu apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita. Kehendak Allah yang utama dalam hidup kita adalah keselamatan, dan keselamatan hanya dapat diperoleh dengan berjalan melalui pintu yang menuju keselamatan. Tersebut, yaitu Yesus. (Band. Filipi 3:13-14).
Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “pintu yang sempit” yang kita lalui. Yesus berkata “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” (Lukas 13:24). Kata “berjuanglah” (Strive, KJV), agonizomai, mengandung pengertian, seperti orang yang akan melepas nyawa atau meninggal. Hal ini mengandung pengertian bahwa berjalan mengikut Tuhan, kita tidak boleh dengan “santai-santai”. Kita harus memacu diri dengan berjuang menanggalkan semua beban yang dapat menghalangi kita berjalan. (Ibrani 12:1-2). Beban tersebut dapat berupa dosa, ketergantungan terhadap hal-hal duniawi, dan sebagainya. Bahkan sakit hati, dendam dan amarahpun bisa menjadi beban bagi kita untuk berjalan. Perjuangan mengikut Tuhan atau berjalan melalui pintu yang sempit bukanlah perjuangan yang mudah. Namun ketika kita dengan tekun melakukannya, maka jaminan pemeliharaan Allah akan tetap kita alami. (Band. Yohanes 10:7-9).
Pintu kemurahan Allah saat ini masih terbuka. Namun ada saat dimana “Tuan Rumah” yaitu Allah menutup pintu-Nya, dan kesempatan untuk masuk sudah tidak ada lagi. Jadi selama masih ada waktu, mari kita mempergunakan dengan baik. Orang-orang yang ditolak oleh pemilik rumah dalam perikop ini merupakan gambaran dari gereja Tuhan yang hanya sibuk melakukan kegiatan gereja mereka secara rutin, dalam hal ini perjamuan, mendengar firman, berdoa, melakukan mujizat, dan sebagainya (Matius 7:21-22), namun mereka justru melupakan hal yang paling penting dilakukan oleh seorang pengikut Tuhan, yakni mengenal Allah secara pribadi. Itulah sebabnya pengenalan kepada Allah jauh lebih penting daripada sekadar sibuk dengan pelayanan yang kadang-kadang hanya dilakukan sebagai rutinitas semata.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar