Selasa, 07 Januari 2020

Jawaban untuk pertanyaan dalam diskusi Seminar Pemuda dan remaja di Bambangbuda, 30 Desesmber 2019


Dalam seminar yang diselenggarakan oleh rekan-rekan mahasiswa di kampung tanggal 30 Desember yang lalu, saya dipercayakan untuk ambil bagian, memberi sedikit bahan atau pembekalan bagi anak-anak remaja khususnya dalam pergaulan mereka. Lalu saya membahas satu topik mengenai bagaimana kita sebagai orang Kristen memberikan pertanggungan jawab terhadap iman yang kita yakini kepada orang-orang yang meminta petanggungan jawab terhadap iman kita. sebagaimana 1 Petrus 3:15. Meski saya sendiri sadar bahwa pembahasan ini berat, namun saya tetap memberanikan diri untuk menyampaikan tema ini dengan segala kekurangan saya, mengingat salah satu tantangan terberat anak-anak remaja Kristen saat ini adalah kurangnya pengetahuan mengenai Kristologi dalam menghadapi polemikus-polemikus yang sengaja menghasut mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya itu lagi dan itu lagi, yakni mengapa kalian menuhankan Yesus yang jelas-jelas adalah manusia. Dan memang tidak bisa disangkal banyak dari kalangan Kristen khususunya anak-anak muda yang terjebak bahkan tidak sedikit yang kemudian menjadi murtad.

Lalu dalam diskusi muncul 3 pertanyaan dari saudara Kedi Liston sebagai berikut:
1.      Kain merasa takut untuk dibunuh setelah menerim hukuman akibat membunuh Habel adiknya. Apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh Allah selain dari Adam di taman Eben?
2.      Dalam aturan GTM, baptisan harus dilakukan dengan memercikkan air pada calon baptis. Lalu apakah sah bila dalam suatu kasus, seseorang meminta dibaptis namun tidak ada air, lalu baptisan dilakukan dengan menggunakan media lain seperti pasir dan sebagainya?
3.      Dalam tata tertib GTM dosa perzinahan sepertinya mendapat “ perhatian khusus” sehingga hanya dosa tersebut yang seringkali mendapat sangsi atau tertib gerejawi. Lalu bagaimana dengan dosa yang lain?


Namun karena keterbatasan waktu saya dan team pemateri serta hamba-hamba Tuhan yang hadir tidak sempat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Saya akui bahwa ini adalah pertanyaan yang sulit, khususnya untuk pertanyaan kedua dan ketiga karena menyangkut dogmatika suatu gereja atau sinode. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati  saya mohon maaf bila jawaban dibawah ini kurang memuaskan bahkan  mungkin tidak menjawab pertanyaan saudara penanya. Saya juga dengan senang hati dan siap menerima setiap kritik ataupun sanggahan dari semua pihak sebagai bahan pembelajaran  dan dorongan bagi kita semua untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus.


1.      Kain merasa takut untuk dibunuh setelah menerim hukuman akibat membunuh Habel adiknya. Apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh Allah selain dari Adam di taman Eben?

Jawab
Kita harus memahami bahwa ada dua bentuk gaya penulisan Alkitab yakni tematis dan kronologis. Tematis adalah penulisan kitab yang mengedepankan tema tertentu untuk disampaikan, sedangkan kronologis adalah model atau gaya penulisan kitab yang menceritakan peristiwa secara teratur sesuai dengan kronologi waktu terjadinya peristiwa. Hal ini kita bisa lihat misalnya dalam gaya penulisan Injil Lukas yang teratur sesuai dengan kronologi waktu yang terjadi.
Kitab Kejadian yang menceritakan peristiwa Kain termasuk dalam kitab yang ditulis dalam bentuk tematis, dimana Musa sebagai penulis kitab ini hendak menyampaikan tema khusus mengenai penciptaan dan permulaan segala sesuatu. Permulaan tentang kehidupan manusia, dosa, rencana penebusan , permulaan bangsa perjanjian dan sebagainya.
Untuk peristiwa Kain, perlu diingat bahwa Kain masih sebatas kuatir dengan adanya manusia yang akan muncul dikemudian hari lalu membunuh dirinya. Manusia tersebut tentu saja berasal dari keturunan Adam yang lain (Kejadian 4:25), anak-anak yang lahir dari garis keturunan Set. Garis keturunan Set inilah yang disebut “anak-anak Allah” dalam Kejadian 6:2. Dan salahsatu dari mereka inilah yang menjadi istri Kain, sebagaimana yang juga sering dipertanyakan orang. Kejadian 6 menyebutkan bahwa perkawinan campur (antara Kain yang jahat dengan keturunan Set yang saleh) melahirkan manusia-manusia yang jahat dimata Tuhan, lalu Tuhan menghukum mereka dengan air bah.
Bagian Ini juga memberi kita konfirmasi bahwa hukum tabur taui telah ditanamkan oleh Allah dalam dalam diri manusia sejak semula, dan rupanya hukum itulah yang menghantui pikiran Kain sehingga ia mengajukan keberatan sekaligus kekuatirannya terhadap ganjaran yang akan ia terima. Jadi apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh Allah selain keluarga Adam dan Hawa? Tentu tidak ada, sebab Alkitab tidak mencatat. Meski demikian, besar kemungkinan adanya anak-anak perempuan yang lahir dari Hawa selain Kain dan Habel, namun Alkitab tidak menceritakan hal itu mengingat Alkitab ditulis dalam budaya patriakh dimana laki-laki dianggap lebih utama dibanding perempuan.  








2.      Dalam aturan GTM, baptisan harus dilakukan dengan memercikkan air pada calon baptis. Lalu apakah sah bila dalam suatu kasus, seseorang meminta dibaptis namun tidak ada air, lalu baptisan dilakukan dengan menggunakan media lain seperti pasir dan sebagainya?

Jawab
Untuk pertanyaan yang menyangkut aturan intern gereja khususnya GTM, terus terang saya kurang mendalam untuk hal itu. Namun pemahaman saya dari sudut pandang Alkitab, saya memahami bahwa baptisan haruslah dilakukan dengan mempergunakan air sebagaimana kata baptizo yang berarti membenamkan, mencuci, yang dipakai oleh Alkitab untuk prosesi ini.
Baptisan adalah salah satu ajaran yang banyak menimbulkan perdebatan dikalangan gereja sampai sekarang, khususnya Pentakosta dan gereja-gereja mainstream. Namun hal ini tentu bukanlah perbedan yang kemudian menciptakan sekat-sekat dikalangan gereja sebgai tubuh Kristus, namun harus dipandang sebagai kekayaan yang luar biaa dari gereja dalam hal dogma. Ditinjau dari Alkitab, ritual baptisan pertama kali muncul dalam Alkitab, dalam kisah Naaman yang diselamkan di sungai Yordan untuk kesembuhannya dari kusta. Lalu diikuti oleh pengakuannya terhadap Elohim sebagai Allah satu-satunya. Selanjutnya prosesi baptisan terus dilakukan secara turun temurun dalam tradisi Yahudi, terutama ketika seseorang hendak bergabung dalam salah salah satu sekte dalam Yudaisme, dan seterusnya diikuti dan diadopsi oleh gereja.
Meski jelas bahwa ritual baptisan dilakukan dengan menyelamkan calon baptis kedalam air, saya berpendapat bahwa Allah tidak pernah mempersoalkan ritual jasmani untuk keselamatan umat-Nya, namun yang terpenting adalah makna dari baptisan itu sendiri.   
Apalagi jika dalam situasi seperti yang digambarkan penanya, dimana air tidak tersedia untuk mengadakan pembaptisan, saya yakin Tuhan pun pasti berkenan sepanjang dilakukan dengan tulus dan kekudusan.
Namun tentu saja masing-masing-orang akan memiliki pemahaman  dan penafsiran yang yang berbeda dan itu sah-sah saja. Bahkan ada gereja-gereja tertentu yang membaptis tidak dengan mempergunakan air. Gereja Bala Keselatan misalnya, membaptis jemaat dengan menggunakan bendera. Lalu apakah Tuhan tidak berkenan atas gereja ini? Tentu saja tidak, Tuhan banyak berkarya atas gereja ini, memenangkan jiwa bagi Kristus dan ikut memberi sumbangsih besar bagi pertumbuhan tubuh Kristus di dunia.
Jadi sekali lagi saya memahami bahwa yang terpenting dari semua itu bukanlah dari prosesi dan ritualnya, melainkan makna rohani yang terkadung di dalamnya, bahkan untuk urusan keselamatan, baptisan bukalah hal yang mutlak. Kita bisa lihat dalam kisah penjahat di sebelah kanan Yesus disalib. Sebagai bahan perenungan, saya sarankan untuk membaca Ibrani 5:11 ; 6:1-3.

3.      Dalam tata tertib GTM dosa perzinahan sepertinya mendapat “ perhatian khusus” sehingga hanya dosa tersebut yang seringkali mendapat sangsi atau tertib gerejawi. Lalu bagaimana dengan dosa yang lain?

Jawab
Sama halnya dengan pertanyaan ke dua, ini menyangkut aturan intern gereja. Namun saya pun memahami bahwasannya, jika kita membaca Alkitab dengan teliti, maka kita akan melihat bahwa dosa perzinahan sepertinya mendapat perhatian khusus dari Allah. Dalam PL pembunuhan  secara sengaja dan perzinahan memilki sanksi yang sama, yakni kematian. Bahkan perzinahan disamakan dengan penyembahan berhala menurut Kolose 3:5, dan kita tahu hukuman penyembah berhala dalam PL adalah perajaman batu demikian juga perzinahan. Semetara dosa lain seperti pencurian, semuanya diatur dalam Keluaran 22, dan sanksinya tidaklah seberat dosa pembunuhan, zinah dan penyembahan berhala. Itu dari sudut pandang PL. Lalu dalam PB, salah satu yang ditekankan adalah tentang kekudusan jemaat sebagai tubuh Kristus. Sebagai calon mempelai Allah, jemaat harus didapati suci, tidak bercacat cela. Lalu dari sudut pandang tradisi, saya mendapat pelajaran dari orang tua Mathen Toroi bahwa kasus tomaboko dan tomululu’ banne tau atau perzinahan adalah kasus luar biasa yang harus diponiam patiti’. Mengingat GTM adalah sinode yang masih sarat dengan budaya dan tradisi lokal, maka bukan suatu hal yang aneh bila GTM kemudian menetapkan kasus ini sebagai pelaggaran luar biasa. Tentu untuk hal ini pendeta dan BPMJ lebih memilki kapasitas untuk menjelaskan.

Rabu, 06 November 2019


Memaknai Berkat Tuhan Dengan Benar

Pdt. Ellya Makarawung

Ulangan 28:1
Ada sebagian orang yang begitu anti terhadap berkat Tuhan. Mereka berpendapat bahwa berkat selalu identik dengan keduniawian. Oleh sebab itu kita perlu mengerti dengan benar, yang disebut berkat itu bagaiamana. Bukan berarti dosa jika kita memikirkan dan mengharapkan berkat jasmani dari Tuhan. Namun perlu diingat pula bahwa jangan sampai fokus pikiran kita justru arahnya pada berkat-berkat jasmani saja, sehingga motivasi kita mengikut Dia justru terletak pada berkat-Nya. Atau dengan kata lain, saat kita hanya mengharapkan berkat jasmani dari Tuhan, kita akan kehilangan esensi yang paling berharga dari pengikutan kita kepada Dia yakni, berkat rohani. Seharusnya konsentrasi kita ialah mendengarkan Firman Tuhan, serta melakukan apa yang Tuhan mau. Bukan salah fokus.
Bagian firman Tuhan dalam Ulangan 28:1 ini seringkali disalah tafsirkan oleh banyak orang Kristen. Seolah-oleh jika kita mengikut Tuhan, maka kehidupan kita akan selalu “diatas”, menjadi sukses dalam karier, menjadi pemimpin dan sebagainya. Padahal penekanan dari bagian ini justru terdapat pada ayat 6 dan 13.

Ayat 6
Prinsip masuk keluar
Dalam hidup ini kita selalu menghadapi proses masuk dan proses keluar. Hal ini berbicara tentang siklus atau proses yang terjadi dalam hidup kita. Ada saat dimana kita berkelimpahan, seperti digambarkan Daud dalam Mazmu 23, namun ada saat hidup kita juga seperti berada dalam lembah kekelaman.
Prinsip berkat Tuhan yang harus kita pegang adalah, saat kita masuk atau pun keluar, berkat Tuhan selalu menyertai kita. Berkat Tuhan tidak selalu berbicara tentang materi, kesembuhan dan sebagainya. Berkat Tuhan juga berbicara mengenai proses pemurnian iman yang Ia kerjakan untuk kebaikan kita. Berkat juga berbicara mengenai kekuatan dan kemampuan yang diberikan Roh Kudus saat kita sedang mengalami proses keluar. Jadi jangan menggerutu, jangan menyerah, karena selalu ada berkat Tuhan dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami. 


Ayat 13
Mengangkat kita menjadi kepala bukan ekor.
Banyak orang memaknai ayat ini dengan berkata bahwa hidup orang Kristen akan selalu berhasil, menjadi direktur, pemimpin dan sebagainya. Namun sebenarnya maksud dari ayat ini ialah, keadaan dimana Tuhan menempatkan kita untuk memiliki pengaruh yang positive bagi sekeliling. Keberadaan kita sebagai gereja harus mampu menjadi garam dan terang bagi dunia yang gelap ini. Seperti Yusuf, meskipun dia hanya sebagai budak di rumah Potifar, namun keberadaannya membuat rumah Potifar menjadi diberkati.
Jadi menjadi kepala bukan berbicara tentang kedudukan, tetapi bagaimana kita memberi pengaruh bagi orang lain disekitar kita.

Kita akan naik dan bukan turun. 
Seringkali jika Tuhan ingin membawa kita naik pada tingkat kerohanian yang lebih baik, Ia akan membawa kita seakan turun. Tuhan memakai cara yang mungkin bagi kita menyakitkan, misalnya dilecehkan, dihina dan dikhianati, namun saat itu sebenarnya Tuhan sedang membawa kita untuk naik pada level yang lebih baik melalui peristiwa yang menyakitkan tersebut. Kisah ini mirip dengan apa yang dialami Daniel. Ia mengalami pembuangan, hidup dilingkungan orang “kafir”, bahkan acapkali ia difitnah bahkan hendak dibunuh. Tetapi justru dari proses itu semua, Daniel menjadi orang yang luar biasa dipakai Tuhan.
Jadi selalu nikmati dan jalani setiap proses dari Tuhan sambil mengucap syukur. Kita percaya, Ia akan selalu memberkati kita dikala kita mengalami proses dalam hidup ini. 



Rabu, 16 Oktober 2019

Pergunakan Waktu Yang Ada


Ketika Tuhan Yesus berkata “akan tetapi ketika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati  iman di bumi? Menurut tata bahasa Indonesua, pertanyaan sejenis ini disebut pertanyaan retorik atau kalimat retorik. Kalimat retorik sering juga disebut kalimat tanya tak bertanya, artinya pertanyaan yang sebenarnya semua pihak sudah tau jawabannya. Kalimat retorik biasanya mengandung pengertian
1.      Penegasan.
2.      Pernyataan
3.      Sindiran
Dalam kasus ini, Yesus secara implisif menyatakan bahwa menjelang kedatangan-Nya, hanya  sedikit orang yang akan beriman kepada-Nya.
Loh koq bisa? Menurut data, tujuh milyar penduduk bumi, 2,17 % diantaranya beragama Kristen. Bagaimana mungkin hanya sedikit orang yang beriman kepada Yesus?
Yah, mungkin secara keagamaan benar, Kristen adalah agama mayoritas di dunia, namun belum tentu yang beragama Kristen memilki iman yang benar kepada Yesus Kristus.
Nggak mungkin, kan mereka percaya!
Percaya bukan berarti beriman. Ingat iblis pun percaya kepada Yesus, bahkan ia gemetar. (Yakobus 2:19). Orang Kristen, belum tentu bisa gemetar dalam ibadah mereka di gereja. Yang ada mereka hanya sibuk dengan gedged mereka saat kebaktian sedang berlangsung. Iblis tidak, dihadapan Yesus ia gemetar. Berarti iblis lebih percaya dan lebih respek kepada hadiraa Allah ketimbang kebanyakan orang Kristen yang ke gereja hanya melakukan kewajiban agamanya.
Iman sejati bukan sebatas percaya secara akali. Iman yang benar itu adalah “mempercayakan seluruh hidup kepada objek yang dipercayai”. Semua orang juga percaya tentang Isa Almasih, lalu apa bedanya kita yang menyebut diri Kristen dengan mereka. Padahal yang disebut Kristen adalah mereka yang memilki gaya hidup seperti yang diajarkan Yesus. Dengan kata lain memperagakan kehidupan Kristus dalam hidupnya. Jadi kekristenan yang benar bukan ditentukan dari status agamamu di KTP, tetapi sejauh mana engkau memperagakan Kristus dalam hidupmu.
Seharusnya kalimat Yesus diatas cukup menggentarkan jiwa kita. Jangan-jangan kita adalah salah satu dalam bilangan orang-orang yang tidak memiliki iman yang benar, yang tidak akan masuk dalam kekekalan bersama Yesus, namun justru dilemparkan kedalam neraka yang menyala-nyala. Ini seharusnya membuat kita takut!
Persoalan terbesarnya adalah kita cenderung menganggap itu sebagai hal biasa. Kita belum sampai kepada perenungan secara mendalam tentang kekekalan. Yang ada justru pemikiran kita banyak disedot oleh urusan-urusan duniawi yang toh akhirnya akan kita tinggalkan juga.
Kita sibuk dengan urusan popularitas, ketenaran, ingin kaya, kepuasan jiwa, sex dan sebagainya.  Tentu menjadi kaya, sukses dan terkenal bukanlah hal yang salah. Tetapi jangan sampai kita berusaha meraih semuanya itu sampai kita lupa akan tujuan terbesar kita, yakni bertemu Tuhan. Lalu ketika kita sukses, kaya dan terkenal, untuk apa semuanya itu? Seharusnya semua yang kita capai didunia ini kita kembalikan kepada Tuhan.


Yang kedua, hal yang seringkali membuat kita abai terhadap urusan kekelan adalah kita sudah terlajur salah asuh. Yang penting percaya pasti masuk surga! Padahal itu adalah pemahaman yang sangat konyol. Pemahaman yang sama sekali merendahkan pengorbanan Kristus di salib. Murahan sekali keselamatan itu jika hanya ditukar dengan imbalan percaya. Percaya yang bagaimana dulu? Alkitab jelas berkata kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar.  (Filipi 2:12).
Yang ketiga,  urusan pertobatan bukan menjadi prioritas bagi kita dengan kata lain seringkali ditunda, nanti sajalah bertobatnya, toh waktu masih panjang, masih muda dan sebagainya. Kita lupa bahwa kematian bisa datang kapan saja, tanpa mengenal umur status dan waktu. Saya sudah menyaksikan bagaimana teman-teman yang masih muda-muda dipanggil Tuhan, ada yang tiba-tiba, ada juga yang sakit terlebih dahulu. Intinya kematian adalah satu-satunya kepastian yang ada dalam diri manusia. Sukses belum pasti, menikah belum tentu. Tetapi tentang kematian, sudah pasti semua orang mati. Kematian merupakan akhir dari semua kesempatan yang diberikan Allah bagi kita untuk bertanding, dimana trofinya adalah surga dan neraka. Keduanya tergantung bagaimana pertandingan iman kita selama hidup hidup. Oleh sebab itu, jadilah bijaksana dalam hidup. Seorang hamba tuhan berkata, hiduplah hariini seperti esok kamu akan mati. Artinya selalu bersiap bahwa kematian bisa datang kapan kapan saja, dan kamu sudah siap, seperti perempuan yang bijaksana, didapati lampunya tetap menyala.
Tentu bukan tanpa alasan Alkitab menulis kisah-kisah dalam PL untuk menggambarkan perkataan Yesus tadi.  Dimulai dari kisah Nuh. Saat, kejahatan manusia sudah sampai pada ambang batas. Tuhan bermaksud merestorasi kehidupan di dunia melalui keturunan Nuh. Dan selama selama 120 tahun Nuh membuat bahtera sambil menyerukan pertobatan, tetapi  ia justru diolok-olok. Keadaan tersebut gambaran dari apa yang terjadi dalam zaman sekarang. Ketika pendeta dan hamba-hamba Tuhan sedang gencar menyampaikan berita injil dan menyerukan pertobatan,  kebanyakan perkataan  mereka justru dianggap gila. Manusia lebih menyukai perkataan para motivator yang mendorong mereka untuk sukses didunia. Pendeta yang menyerukan pertobatan dan kekudusan justru dianggap kolot dan ketinggalan zaman. Dan akhirnya, sebagaimana halnya dalam zaman Nuh, ketika keluarga Nuh masuk kedalam bahtera, Tuhan menghancurkan bumi dengan air bah. Demikian kelak ketika orang-orang yang bersungguh-sungguh bertobat dan beriman diangkat Tuhan kedalam kekekalan, mereka yang hanya sibuk mengolok-olok kebenaran dan malas untuk bertobat akan dibinasakan dalam neraka kekal.
Demikian juga dengan kisah Lot, hanya orang-orang yang takut akan Allah yang diselamatkan. Sementara isteri Lot yang menoleh ke belakang binasa, menjadi tiang garam. Kata “menoleh” dalam bahasa asli Alkitab bukan berpaling, tetapi menoleh sambil memandang dengan penuh nafsu.  Ini gambaran orang-orang yang sulit melepaskan diri dari kenikmatan dan popularitas dunia, dan enggan hidup dalam kekudusan. Mereka pun akan dibinasakan.
Dan terkahir adalah kisah dimana tiga juta orang Israel yang keluar dari Mesir, namun sebagian besar dari mereka binasa di padang gurun, dan hanya dua orang dari mereka yang masuk dalam tanah perjanjian. Ini merupakan gambaran kehidupan setelah menerima Yesus, kita ditebus dari perbudakan dosa, tetapi kehidupan kita tidak mencerminkan kehidupan sebagai orang yang sudah merdeka dari dosa. Kita masih saja menghambakan diri diri dari bebagai kehidupan yang sarat dengan dosa yang notabene adalah kejijikan bagiTuhan. Itulahsebabnya kita akan menja diorang-orang yang hanya mendengar dan tahu tentang surga, tempat yang senang tidak ada duka dan air mata, namun kita tidak sampai mengecap kenimatan surga itu  sebab kita tidak sampai kesana. Sama halnya dengan orang-orang Israel. Mereka tahu bahwa tujuan mereka adalah tanah Kanaan, tanah perjanjian
Ini semua gambaran dari keadaan ketika Tuhan Yesus datang. Dan bukan suatu kemungkinan bila pertanyaan Yesus tersebut merupakan kalimat keprihatinan melihat umat-Nya yang akan binasa dalam kekelan. Oleh sebab itu, selagi masih ada waktu, mari kita terus berjuang. Jangan mau dinina bobokkan dengan pemahaman asal Kristen saja pasti selamat. Namun kerjakan keselamtanmu dengan takut dan gentar. Seorang tokoh Kristen terkenal berkata, kita tidak pernah tahu bagaimana kecepatan siput berjalan menuju bahtera Nuh, namun kita tahu bahwa pada kahirnya ia sampai tepat waktu sebelum pintu bahtera ditutup. Artinya tidak ada kata terlambat selagi kita sungguh-sungguh dan terus berusaha.
Salam Pertobatan!

Kamis, 22 Agustus 2019

Tugas Ringkasan Buku Etika Kristen Bagian Umum (Dr. J Veruyl) Bab 6-7


TUGAS

ETIKA 1

RINGKASAN BUKU ETIKA KRISTEN BAGIAN UMUM
(DR. J. Verkuyl)
BAB 6 DAN 7










Dosen:
George Tapiheru








Disusun Oleh

Nama: KRISTANTO LIMPA BUDA
NIM: 18112009
Kelas: Teologi (Malam)























BAB 6
HUKUM TAURAT DALAM BENTUK-BENTUK HISTORISNYA

1.   Hukum Torat mempunyai sifat Historis
Agama-agama lain seperti Tao dan Hindu mengangap hukum–hukum atau tata tertib yang mereka harus lakukan merupakan hukum yang sudah ada sejak semula. Namun bagi Alkitab dalam hal ini Torah, itu tidak bisa dipisahkan dari unsur historis yang ada didalamnya. dalam hal ini sejarah Israel. Meski Taurat diberikan dalam konteks perjalanan dari dipadang gurun, namun kita melihat bahwa relevansi dari Hukum Taurat masih tetap berlaku sampai sekarang.

2.   Tora
Dalam Perjanjan Lama, hukum Taurat biasanya disebut Tora yag berasal; dari kata kerja “hora” yang berarti mengajar, menunjukkan. Torah inilah kemudian dipakai sebagai pedoman dalam mengatur seluruh kehidupan Israel baik dari segi poitik, agama, budaya dan kehidupan social mereka. Dan selanjutnya Tora dipakai untuk menyebut kitab Pentateukh yakni kelima kitab pertama dari Alkitab.
Secara umum Tora dibagi menjaid 3 bagian besar yakni: Dekalog, atau Dasatitah ditulis dalam dua loh batu dimana loh batu yang pertama memuat hukum pertama mengenai hubungan kita dengan Allah, dan loh batu yang kedua mengatur tentang hubungan manusia dengan sesama. Misypatim: Undang-undang yang mengatur sipil, social, politk dan sebagainya. Lalu
Khuqqim: Undang yang mengatur ketetapan Bait suci, kurban dan hari-hari raya.


3.   Kesepuluh perintah Allah
Dasatitah atau sepuluh Firman tercantum dalam Keluaran 5:6-21, disebut juga aseret haddebarim. Merupakan rumusan yang sangat lengkap dari seluruh kehendak Allah yang harus dipatuhi oleh Israel. Dimulai dengan kalimat “Akulah TUHAN Allahmu” merupakan kaliamat pertama dari dasatitah sekaligus memberi konfirmasi bahwa Allah sendirilah yang merupakan sumber dari setiap hukum dan ketetapan yang tertulis didalam Dasa Firman tersebut.
Pembagian Dasatita dikalangan gereja Katolik tidak dilakukan, mereka justru menjadikan Dasatita menjadi satu kesatuan, namun hukum yang kedua,  tentang menyembah patung disematkan pada hukum ke-sepuluh. Ini dikarenakan karena gereja Katolik masih mempergunakan patung-patung Santo  dan Santa dalam gereja mereka, sehingga hukum kedua seakan-akan oleh gereja Katolik ada pertentangan dengan doktrin mereka.


4.   Arti Dasatita untuk segala Bangsa dan Zaman
Meskipun Marcion beranggapan bahwa Dasatitah tidak memilki sangkut paut dengan Injil, namun pada pada dasarnya antara Injil dan Dsatitah sama sekali tidak ada perbedaan. Terbukti dalam misalnya dalam kotbah Yesus di bukit, itu membangun kerangka kotbahNya atas dasar Dasatitah. Sehingga seri kotbah diatas bukit seringkali disebut sebgai “pengulangan” Dasatitah dalam Perjanjian Baru.
Dasatitah mempunyai nilai yang tidak akan pernah hilang  bagi segala bangsa dan  zaman. Itulah undang-undan  dasar Kerajaan Allah. Yesus Kristus telah tunduk dibawah Dasatitah, dan Ia mememuhi semua tuntutan yang terdapat didalamnya. Sekarang Dasatitah  itu tidak dihapuskan, (Roma 8:4). Dasa titah masih sangat relevan dengan saman, oleh karena itu pengajaran dasatitah haruslah senantiasa menjadi bagian dari katekisasi gereja sepanjang abad sampai sekarang.

5.   Undang-undang sipil atau undang-undang Pertada (misypatim)
Selain Dasatita, dalam Tora juga terdapat undang-undang yang mengatur mengenai aturan sipil. Pengertian-pengetian  inti dari undang-undang ini adalah hukum atau undang-undang (misypat), kebenaran atau keadilan (sedaka), setia dan belas kasihan (khesed).
Dalam misipatym diatur mengenai budak, batas tanah dan semua yang menyangkut kehidupan sosial Israel. Undang-undang misypatim juga berfungsi untuk memberi batas-batas yang melingkupi Israel atau tembok pemisah antara Israel dengan bangsa-bangsa lain (Ef. 2:14). Dengan undang-undang itu, Israel kemudian tersusun menjadi negara teokrasi di dunia. Di Israel agama adalah suatu perkara nasional oleh sebab itu setiap dosa adalah delik atau pelanggaran undang-undang juga.

6.   Undang-undang mengenai Ibadat
Selain dasatitah dan hukum sipil, Torah pun memuat hukum keagamaan atau chuggim.  Undang-undang ini mengatur mengenai kemah suci , hari raya, dan korban-korban dalam ibadah. Intinya hukum ini mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dan ibadah. Inti dari ibadah Israel sendiri merupakan kesadaran tentang adanya pertentangan antara Allah yang Maha Kudus dengan manusia yang berdosa.
Lalu dalam Ibrani dikatakan bahwa, semua aturan ibadah tersebut telah digenapi oleh Yesus Kristus dalam kematian-Nya menjadi “korban” sekali untuk selamanya, dan ini akan lebih mendalam dibahas dalam dogmatika Kristen.


7.   Hukum Taurat didalam Kitab Mazmur dan Amsal Salomo
Kitab perjanjian lama terbagi atas Torah, ketubim dan nebiim. Lalu ada juga kitab pujangga, berisi syair-syair  dan kitab-kitab hikmat.
Sebelum pembuangan ke Babel, masyarakat Israel sudah memilki para pujangga yang kedudukannya hampr sama dengan para Imam di Bait Suci. Para pujangga bertugas mengajarkan “bagaimana harus hidup” yang tertuang dalam bentuk puisi atau pun nyanyian. Sepintas nyanyian atau syair-syair tersebut tidak berbeda jauh dengan syair-syair kebijaksanaan pada umumnya, namun rupanya didalam syair-syair tersebut sarat dengan gema hukum Taurat dan kitab para nabi. Disebut bahwa Allah sendiri adalah sumber hikmat itu (Amsal 8).
Disini kita bisa menyimpulkakan bahwa Hukum Taurat tidak terkatung-katung atau melayang-layang saja dalam kehidupan manusia, tetapi dalam Amsal, Hukum Turat itu pun menjelmn dalam kenyataan-kenyataan hidup.

8.   Hukum Taurat pada Nabi-nabi Israel
Hukum Taurat dalam tulisan nabi-nabi di Perjanjian lama masing-masing memilki buku atau kitab yang sangat tebal. Namun dalam Etika Kristen dapat dsimpulan sebagai berikut:
a)    Nabi-nabi Israel sesudah Musa bertitik tolak dari Hukum Taurat. Segala Sesutu yang berbentuk nubuatan, kecaman dan sebagainya, titiknya pada hukum Taurat.
b)   Nabi-nabi Israel juga bertitik tolak pada perjanjian anugerah yang menjadi dasar Hukum Taurat. Oleh sebab itu melanggar hukum Taurat dipandang sebagi tindakan murtad dan berubah setia kepada Allah.
c)    Para nabi meradikalkan Hukum Taurat. Semua sisi kehidupan manusia, pikiran, perbuatan,  keinginan, hidup bermasyarakat, dalam pekerjaan atau perdagangan, semuanya harus berdasarkan hukum Taurat.
d)   Nabi-nabi membuka kedok segala macam usaha yang mempergunakan bidat, yang secara lahiriah melakukan ibadah, mengunjungi Bait Suci namun sebenarnya mereka munafik dan membohongi Tuhan.
e)    Dalam tulisan para nabi semakin mendalam mengenai keinsyafan bahwa didalam Hukum Taurat tidak terdapat kebahagiaan jasmani. Hukum Taurat justru membuka tabir penghalang  perlawanan kodrat manusia dengan hukum Taurat itu sendiri. Kebahagiaan hanya didapatkan jika Tuhan menjadikan kebahagiaan itu.



9.   Hukum Taurat didalam Agama Yahudi
Untuk mengerti perjuangan Tuhan Yesus dan Paulus dalam menentang orang-orang Farisi  mengenai hukum Taurat, perlu diketahui bahwa pasca pembuangan ke Babel, orang Yahudi menekankan pentingnya kesetiaan kepada Torat secara lahiria. Hal itu kemudian dipandang sebagai tanda seseorang masuk dalam golongan Yahudi. Orang orang diluar bangsa Yahudi yang memilih melakukan hukum Taurat selanjutnya disebut sebagai proselit, dan sepenuhnya harus tunduk kepada ketetapan hukum Taurat.
Mulai saat itu muncullah kelompok-kelompok yang ahli dalam kitab Taurat, dan banyak diantara mereka yang kemudian menganggap diri sebagai “kunci pengetahuan”. Mereka seakan duduk diatas kursi Musa dan sibuk memvonis sana sini dengan mempergunakan hukum Taurat yang ditafsir sesuai pikiran mereka sendiri. Lebih dari itu, mereka juga menganggap setiap orang yang berada diluar mereka, dianggap sebagai am ha aretz, rakyat yang bodoh
Mula-mula Taurat ditafsir dan diajarkan secara lisan dan disebut halakah, lalu berkembang dalam bentuk tulisan disebut midrash dan Hagadah.

Lalu apakah dasar penafsiran Torat menurut para Rabi?
a)    Tuhan menyatakan diri-Nya didalam Torah, dan hanya Torah itulah yang dipandang sebagai penuntun hidup.
b)   Hukum Torat dipandang sebagai pengantara antara Tuhan dengan manusia.
c)    Dalam memberikan Taurat, aspek lahiriah sangat ditekankan.
d)   Menganggap kedatangan Mesias dalam wujud seorang pendamai yang mengajarkan kepatuhan kepada Torah dengan sempurna.
e)    Tuntutan Torat dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia.

10 . Hukum Taurat dalam ke-Empat Injil
Bagaimana sikap Yesus terhadap Taurat dalam ke-empat Injil?

a)    Yesus adalah penggenapan segala janji mesianik. Ia merombak pemahaman para Rabbi yang mengatakan  bahwa perbuatan baik mendatangkan upah, dan melanggar hukum mendatangkan hukuman. Yesus justru menekankan manusia yang telah jatuh dalam dosa haru. Manusia selamat, tidak dengan ibadah yang lahiriah, namun bagaimana batin yang merendah, mengakui dosa dihadapaan Tuhan. (Dalam kotbah dibukit, berbahagialah yang “miskin” karena merekalah yang empunya kerajaan sorga) Miskin menggambarkan pertobatan, bukan merasa seolah-oleh sudah benar dengan ibadah lahiriah yang sarat dengan kemunafikan.

a)    Yesus menggantikan posisi hukum Taurat yang menjadi pengantara antara Tuhan dengan manusia menurut pemahaman para Rabbi, Yesus justru menegaskan bahwa tidak ada yang bisa sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Artinya Yesus adalah pengantara yang sesungguhnya, bukan karena melakukan hukum-hukum Taurat.


b)   Yesus adalah Mesias sesungguhnya. Dalam memenuhi tuntutan Hukum Taurat, ia melakukannya dengan sempurna. Jika pemahaman Yahudi selama ini bahwa Mesias adalah sosok yang mampu mengajarkan dan melakukan Torat dengan sempurna, maka Yesus lah yang sanggup melakukan itu semua, diluar Dia tidak ada lagi. Dan dibuktikan misalnya dalam Yohanes 8:46 ketika Ia bertanya” siapa diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?

c)    Ketaatan-Nya sampai mati di Golgota sebagai korban juga membuktikan bahwa Dialah korban yang sesungguhnya, Ia menjadi korban sekali untuk selamanya.

d)   Yesus menentang tafsiran-tafsiran pra Raabbi yang hanya mementingkan hal-hal yang kelihatan, seperti perkara makanan, waktu berpuasa, dan pengaturan mengenai hari Sabat, sedangakan yang terpenting dalam hukum Taurat mereka lupakan  misalnya belas kasih, keadilan dan sebagainya (Matius 23:23). Perbuatan-perbuatan yang lahiriah dipandang Yesus sebagai perbuatan kosong yang dapat dibuat oleh manusia serampangan saja.

11 .Hukum Taurat didalam Tulisan Paulus
Paulus memang banyak menyinggung tentang Hukum Taurat dalam setiap tulisannya. Paulus menyadari bahwa hukum Taurat sebenarnya sudah ada sejak sejak Allah menyatakan kehendak-Nya kepada manusia, Meskipun sifatnya remang-remang, hukum itu telah tertulis dalam hati setiap orang dari segala bangsa sehingga mereka mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, namun manusia lebih memilih berbuat jahat daripada melakukan hukum yang ada dalam hati mereka, sehingga diberikanlah hukum Taurat yang tertulis. (Roma 1:18-19)
Lebih jauh Paulus menekankan bahwa tidak seorangpun yang akan mampu memenuhi tuntutan hukum Taurat oleh karena Itu kematian Yesus mengantar manusia menerima anugerah keselamatan, bukan karena melakukan hukum Taurat atau perbuatan baik, melainkan karena inisiatif Allah menyelamatkan manusia.

12. Hukum Taurat dalam Surat Yakobus
Selain Injil dan tulisan Pulus dalam PB, surat Yakobus juga membahas mengenai Hukum Taurat. Dalam hal ini Yakobus membahas mengenai iman dan perbuatan. Sepintas sepertinya ada pertentangan dengan tulisan Paulus, sebab Yakobus menekankan perbuatan sebagai wujud dari iman, sedangkan Paulus tidak. Perlu diingat bahwa Yakobus adalah seorang Israel Paletina, ia sangat terbiasa hidup dengan Torah, maka dari itu ia menekankan pentingnya perbuatan sebagai respon terhadap iman. Ia mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Antara lain dia menyebut bahwa kemerdekaan (dari hukum Taurat) tidak boleh hanya direspon secara pasif, namun kehidupan sebagai orang meredeka harus dibuktikan dalam tindakan yang nyata. Jadi bukan berarti Yakobus kembali kepada Taurat, ini hanya persoalan penekanan saja.  Yakobus menekankan respon nyata sebagai orang beriman. Sedangkan Palus lebih kepada bagaimana merubah mindset orang-orang yang menganggap Torah sebagai jalan keselamatan.

















BAB 7

POKOK HUKUM TAURAT

Injil dapat disimpulkan sebagai Allah adalah kasih. Bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allahlah yang mengasihi kita, dan kasihNya  tetap tercurah kepada kita. Sedangakn hukum Taurat disimpulkan dalam kalimat bahwa Allah menuntut kasih,  kasih itu adalah kegenapan hukum Taurat, Allah menuntut apa yang diberikanNya, yakni kasih, bukan yang lain.
Dalam Perjanjian baru Yesus bertolak kembali pada hukum  kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama.

1.   Bagaimanakan hubungan antara kedua bagian perintah kasih yang dwi-tunggal itu?
Banyak ahli teologi yang memadukan antara kedua hukum tersebut, misalnya ahli filsafat Immanuel Kant, mengtakan kasih terhadap Allah terwujud dalam kasih terhadap sesama. Yesus mengatakan bahwa jika kita mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesama, maka pada hakekatnya kita tidak mengasihi Allah. Demikian sebaliknya, jika kita berkata, kita mengasihi sesama manusia tetapi tidak mengasihi Allah maka pada hakikatnya ia pun tidak mengasihi sesama. Kesatuan dari dwi-tunggal perintah ini sangat penting dalam etika Kristen, tetapi perlu diingat  juga bahwa kedua pokok dari hukum Taurat itu masing-masing berdiri sendiri. Kasih terhadap Allah (vertical) dan kasih terhadap sesama (Horisontal). Sebagaimana loh batu pertama dan kedua merupakan dwi-tunggal, namun bukan berarti loh batu yang pertama sama dengan loh batu yang kedua.

2.   Kasih Terhadap Allah
Menurut Alkitab, kasih terhadap Allah adalah membalas kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita melalui Yesus Kristus yang telah mati bagi dosa-dosa kita.
Dalam titah yang pertama, Allah meminta yang terdalam dari kita, yakni jiwa dan hati kita.
Ia ingin menjadi  Alla seutuhnya bagi kita, dan Ia pun ingin agar kita hidup sepenuhnya untuk Dia.





3.   Kasih Kepada Sesama
Allah sungguh-sungguh menuntut kita mengasihi sesama manusia, sebagaimana kasih Allah kepada kita. Allah mengasihi kita bukan karena kita berbuat kebajikan, dan bukan karena kesalehan kita, tetapi justru Ia mengasihi kita manusia yang telah berdosa. Dasar kasih Allah kepada kita itulah yang menjadi dasar kita juga harus mengasihi sesama manusia.
Apa yang dimaksud kasih terhadap sesama dalam Alkitab? Kita dapat melihat contoh tentang orang Samaria yang murah hati. Tanpa menanyakan golongan, agama, suku dan status, namun panggilan jiwanya untuk menolong sesamanya jauh lebih penting daripada sekedar perbedaan.
Demikian juga Paulus, dalam mimpinya melihat orang Makedonia melambai-lambai agar Paulus datang kepada mereka. Paulus tidak pernah berhubungan dengan Eropa, dan bis saja Paulus mengaggap panggilan tersebut terlalu jauh baginya, namun Tuhan mengajarkan kepadanya bahwa mereka juga adalah sesama yang perlu ditolong, injil keselamatan harus diberitakan kepada mereka.

4.   Kasih Kepada Diri sendiri
Mengasihi diri sendiri cukup menimbulkan  polemic diantara para teolog, apakah boleh kita mengasihi diri sendiri? Dalam cerita Yunani diceritakan bahwa seorang pemuda bernama Narcissus. Ia sangat sombong dan sering bediri ditepi kolam lalu mengamati bayangannya sambil tersenyum mengagumi dirinya sendiri. Kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Kasih terhadap diri sendiri harus dipahami sebagai kesadaran kita terhadap anugerah Allah. Ketidak berdayaan kita akibat dosa, dilayakkan dan ditebus oleh Allah melalui Yesus Kristus.

5.   Hubungan antara pokok hukum Taurat dan penerapan khusus hukum taurat di lapangan hidup tertentu
Kita hidup dalam kenyataan bahwa seringkali kita diperhadapkan dengan peristiwa yang menuntut kita harus mengambil keputusan. Dan kadangkala banyak dari peristiwa tersebut yang membuat kita menjadi sulit untuk mengambil keputusan, apakah sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah justru menyalahi hukum Allah.
Harus diakui bahwa segala hukum-hukum Tuhan yang tertulis dalam Alkitab memang tidak seluruhnya menulis  semua sisi kehidupan manusia. Namun prinsip dari hukum Taurat tersebut cukup mewakili setiap peristiwa hidup apapun yang kita alami, dan prinsip tersebut adalah hukum dwi-tunggal dalam Taurat. Bagaimana aspek kasih kepada Allah dan sesama menjadi prioritas terdepan dalam setiap pengambilan keputusan.