Dalam
seminar yang diselenggarakan oleh rekan-rekan mahasiswa di kampung tanggal 30
Desember yang lalu, saya dipercayakan untuk ambil bagian, memberi sedikit bahan
atau pembekalan bagi anak-anak remaja khususnya dalam pergaulan mereka. Lalu
saya membahas satu topik mengenai bagaimana kita sebagai orang Kristen
memberikan pertanggungan jawab terhadap iman yang kita yakini kepada
orang-orang yang meminta petanggungan jawab terhadap iman kita. sebagaimana 1
Petrus 3:15. Meski saya sendiri sadar bahwa pembahasan ini berat, namun saya
tetap memberanikan diri untuk menyampaikan tema ini dengan segala kekurangan
saya, mengingat salah satu tantangan terberat anak-anak remaja Kristen saat ini
adalah kurangnya pengetahuan mengenai Kristologi dalam menghadapi
polemikus-polemikus yang sengaja menghasut mereka dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sebetulnya itu lagi dan itu lagi, yakni mengapa kalian menuhankan Yesus
yang jelas-jelas adalah manusia. Dan memang tidak bisa disangkal banyak dari
kalangan Kristen khususunya anak-anak muda yang terjebak bahkan tidak sedikit
yang kemudian menjadi murtad.
Lalu dalam
diskusi muncul 3 pertanyaan dari saudara Kedi Liston sebagai berikut:
1. Kain merasa
takut untuk dibunuh setelah menerim hukuman akibat membunuh Habel adiknya.
Apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh Allah selain dari Adam di taman
Eben?
2. Dalam aturan
GTM, baptisan harus dilakukan dengan memercikkan air pada calon baptis. Lalu
apakah sah bila dalam suatu kasus, seseorang meminta dibaptis namun tidak ada
air, lalu baptisan dilakukan dengan menggunakan media lain seperti pasir dan
sebagainya?
3. Dalam tata
tertib GTM dosa perzinahan sepertinya mendapat “ perhatian khusus” sehingga
hanya dosa tersebut yang seringkali mendapat sangsi atau tertib gerejawi. Lalu
bagaimana dengan dosa yang lain?
Namun karena
keterbatasan waktu saya dan team pemateri serta hamba-hamba Tuhan yang hadir
tidak sempat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Saya akui bahwa ini adalah
pertanyaan yang sulit, khususnya untuk pertanyaan kedua dan ketiga karena
menyangkut dogmatika suatu gereja atau sinode. Oleh sebab itu dengan kerendahan
hati saya mohon maaf bila jawaban
dibawah ini kurang memuaskan bahkan
mungkin tidak menjawab pertanyaan saudara penanya. Saya juga dengan
senang hati dan siap menerima setiap kritik ataupun sanggahan dari semua pihak
sebagai bahan pembelajaran dan dorongan
bagi kita semua untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus.
1. Kain
merasa takut untuk dibunuh setelah menerim hukuman akibat membunuh Habel
adiknya. Apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh Allah selain dari Adam di
taman Eben?
Jawab
Kita harus
memahami bahwa ada dua bentuk gaya penulisan Alkitab yakni tematis dan
kronologis. Tematis adalah penulisan kitab yang mengedepankan tema tertentu
untuk disampaikan, sedangkan kronologis adalah model atau gaya penulisan kitab
yang menceritakan peristiwa secara teratur sesuai dengan kronologi waktu
terjadinya peristiwa. Hal ini kita bisa lihat misalnya dalam gaya penulisan
Injil Lukas yang teratur sesuai dengan kronologi waktu yang terjadi.
Kitab Kejadian
yang menceritakan peristiwa Kain termasuk dalam kitab yang ditulis dalam bentuk
tematis, dimana Musa sebagai penulis kitab ini hendak menyampaikan tema khusus
mengenai penciptaan dan permulaan segala sesuatu. Permulaan tentang kehidupan
manusia, dosa, rencana penebusan , permulaan bangsa perjanjian dan sebagainya.
Untuk peristiwa
Kain, perlu diingat bahwa Kain masih sebatas kuatir dengan adanya manusia yang
akan muncul dikemudian hari lalu membunuh dirinya. Manusia tersebut tentu saja
berasal dari keturunan Adam yang lain (Kejadian 4:25), anak-anak yang lahir
dari garis keturunan Set. Garis keturunan Set inilah yang disebut “anak-anak
Allah” dalam Kejadian 6:2. Dan salahsatu dari mereka inilah yang menjadi istri
Kain, sebagaimana yang juga sering dipertanyakan orang. Kejadian 6 menyebutkan
bahwa perkawinan campur (antara Kain yang jahat dengan keturunan Set yang
saleh) melahirkan manusia-manusia yang jahat dimata Tuhan, lalu Tuhan menghukum
mereka dengan air bah.
Bagian Ini
juga memberi kita konfirmasi bahwa hukum tabur taui telah ditanamkan oleh Allah
dalam dalam diri manusia sejak semula, dan rupanya hukum itulah yang menghantui
pikiran Kain sehingga ia mengajukan keberatan sekaligus kekuatirannya terhadap
ganjaran yang akan ia terima. Jadi apakah ada manusia lain yang diciptakan oleh
Allah selain keluarga Adam dan Hawa? Tentu tidak ada, sebab Alkitab tidak
mencatat. Meski demikian, besar kemungkinan adanya anak-anak perempuan yang
lahir dari Hawa selain Kain dan Habel, namun Alkitab tidak menceritakan hal itu
mengingat Alkitab ditulis dalam budaya patriakh dimana laki-laki dianggap lebih
utama dibanding perempuan.
2. Dalam
aturan GTM, baptisan harus dilakukan dengan memercikkan air pada calon baptis.
Lalu apakah sah bila dalam suatu kasus, seseorang meminta dibaptis namun tidak
ada air, lalu baptisan dilakukan dengan menggunakan media lain seperti pasir
dan sebagainya?
Jawab
Untuk
pertanyaan yang menyangkut aturan intern gereja khususnya GTM, terus terang
saya kurang mendalam untuk hal itu. Namun pemahaman saya dari sudut pandang
Alkitab, saya memahami bahwa baptisan haruslah dilakukan dengan mempergunakan
air sebagaimana kata baptizo yang berarti membenamkan, mencuci, yang dipakai
oleh Alkitab untuk prosesi ini.
Baptisan
adalah salah satu ajaran yang banyak menimbulkan perdebatan dikalangan gereja
sampai sekarang, khususnya Pentakosta dan gereja-gereja mainstream. Namun hal
ini tentu bukanlah perbedan yang kemudian menciptakan sekat-sekat dikalangan
gereja sebgai tubuh Kristus, namun harus dipandang sebagai kekayaan yang luar
biaa dari gereja dalam hal dogma. Ditinjau dari Alkitab, ritual baptisan
pertama kali muncul dalam Alkitab, dalam kisah Naaman yang diselamkan di sungai
Yordan untuk kesembuhannya dari kusta. Lalu diikuti oleh pengakuannya terhadap
Elohim sebagai Allah satu-satunya. Selanjutnya prosesi baptisan terus dilakukan
secara turun temurun dalam tradisi Yahudi, terutama ketika seseorang hendak
bergabung dalam salah salah satu sekte dalam Yudaisme, dan seterusnya diikuti
dan diadopsi oleh gereja.
Meski jelas
bahwa ritual baptisan dilakukan dengan menyelamkan calon baptis kedalam air, saya
berpendapat bahwa Allah tidak pernah mempersoalkan ritual jasmani untuk keselamatan
umat-Nya, namun yang terpenting adalah makna dari baptisan itu sendiri.
Apalagi jika
dalam situasi seperti yang digambarkan penanya, dimana air tidak tersedia untuk
mengadakan pembaptisan, saya yakin Tuhan pun pasti berkenan sepanjang dilakukan
dengan tulus dan kekudusan.
Namun tentu
saja masing-masing-orang akan memiliki pemahaman dan penafsiran yang yang berbeda dan itu
sah-sah saja. Bahkan ada gereja-gereja tertentu yang membaptis tidak dengan
mempergunakan air. Gereja Bala Keselatan misalnya, membaptis jemaat dengan
menggunakan bendera. Lalu apakah Tuhan tidak berkenan atas gereja ini? Tentu
saja tidak, Tuhan banyak berkarya atas gereja ini, memenangkan jiwa bagi
Kristus dan ikut memberi sumbangsih besar bagi pertumbuhan tubuh Kristus di
dunia.
Jadi sekali
lagi saya memahami bahwa yang terpenting dari semua itu bukanlah dari prosesi dan
ritualnya, melainkan makna rohani yang terkadung di dalamnya, bahkan untuk
urusan keselamatan, baptisan bukalah hal yang mutlak. Kita bisa lihat dalam
kisah penjahat di sebelah kanan Yesus disalib. Sebagai bahan perenungan, saya
sarankan untuk membaca Ibrani 5:11 ; 6:1-3.
3. Dalam
tata tertib GTM dosa perzinahan sepertinya mendapat “ perhatian khusus”
sehingga hanya dosa tersebut yang seringkali mendapat sangsi atau tertib
gerejawi. Lalu bagaimana dengan dosa yang lain?
Jawab
Sama halnya
dengan pertanyaan ke dua, ini menyangkut aturan intern gereja. Namun saya pun
memahami bahwasannya, jika kita membaca Alkitab dengan teliti, maka kita akan
melihat bahwa dosa perzinahan sepertinya mendapat perhatian khusus dari Allah. Dalam
PL pembunuhan secara sengaja dan perzinahan
memilki sanksi yang sama, yakni kematian. Bahkan perzinahan disamakan dengan
penyembahan berhala menurut Kolose 3:5, dan kita tahu hukuman penyembah berhala
dalam PL adalah perajaman batu demikian juga perzinahan. Semetara dosa lain
seperti pencurian, semuanya diatur dalam Keluaran 22, dan sanksinya tidaklah
seberat dosa pembunuhan, zinah dan penyembahan berhala. Itu dari sudut pandang
PL. Lalu dalam PB, salah satu yang ditekankan adalah tentang kekudusan jemaat
sebagai tubuh Kristus. Sebagai calon mempelai Allah, jemaat harus didapati
suci, tidak bercacat cela. Lalu dari sudut pandang tradisi, saya mendapat
pelajaran dari orang tua Mathen Toroi bahwa kasus tomaboko dan tomululu’
banne tau atau perzinahan adalah kasus luar biasa yang harus diponiam
patiti’. Mengingat GTM adalah sinode yang masih sarat dengan budaya dan tradisi
lokal, maka bukan suatu hal yang aneh bila GTM kemudian menetapkan kasus ini sebagai
pelaggaran luar biasa. Tentu untuk hal ini pendeta dan BPMJ lebih memilki
kapasitas untuk menjelaskan.