Kamis, 22 Agustus 2019

Tugas Ringkasan Buku Etika Kristen Bagian Umum (Dr. J Veruyl) Bab 6-7


TUGAS

ETIKA 1

RINGKASAN BUKU ETIKA KRISTEN BAGIAN UMUM
(DR. J. Verkuyl)
BAB 6 DAN 7










Dosen:
George Tapiheru








Disusun Oleh

Nama: KRISTANTO LIMPA BUDA
NIM: 18112009
Kelas: Teologi (Malam)























BAB 6
HUKUM TAURAT DALAM BENTUK-BENTUK HISTORISNYA

1.   Hukum Torat mempunyai sifat Historis
Agama-agama lain seperti Tao dan Hindu mengangap hukum–hukum atau tata tertib yang mereka harus lakukan merupakan hukum yang sudah ada sejak semula. Namun bagi Alkitab dalam hal ini Torah, itu tidak bisa dipisahkan dari unsur historis yang ada didalamnya. dalam hal ini sejarah Israel. Meski Taurat diberikan dalam konteks perjalanan dari dipadang gurun, namun kita melihat bahwa relevansi dari Hukum Taurat masih tetap berlaku sampai sekarang.

2.   Tora
Dalam Perjanjan Lama, hukum Taurat biasanya disebut Tora yag berasal; dari kata kerja “hora” yang berarti mengajar, menunjukkan. Torah inilah kemudian dipakai sebagai pedoman dalam mengatur seluruh kehidupan Israel baik dari segi poitik, agama, budaya dan kehidupan social mereka. Dan selanjutnya Tora dipakai untuk menyebut kitab Pentateukh yakni kelima kitab pertama dari Alkitab.
Secara umum Tora dibagi menjaid 3 bagian besar yakni: Dekalog, atau Dasatitah ditulis dalam dua loh batu dimana loh batu yang pertama memuat hukum pertama mengenai hubungan kita dengan Allah, dan loh batu yang kedua mengatur tentang hubungan manusia dengan sesama. Misypatim: Undang-undang yang mengatur sipil, social, politk dan sebagainya. Lalu
Khuqqim: Undang yang mengatur ketetapan Bait suci, kurban dan hari-hari raya.


3.   Kesepuluh perintah Allah
Dasatitah atau sepuluh Firman tercantum dalam Keluaran 5:6-21, disebut juga aseret haddebarim. Merupakan rumusan yang sangat lengkap dari seluruh kehendak Allah yang harus dipatuhi oleh Israel. Dimulai dengan kalimat “Akulah TUHAN Allahmu” merupakan kaliamat pertama dari dasatitah sekaligus memberi konfirmasi bahwa Allah sendirilah yang merupakan sumber dari setiap hukum dan ketetapan yang tertulis didalam Dasa Firman tersebut.
Pembagian Dasatita dikalangan gereja Katolik tidak dilakukan, mereka justru menjadikan Dasatita menjadi satu kesatuan, namun hukum yang kedua,  tentang menyembah patung disematkan pada hukum ke-sepuluh. Ini dikarenakan karena gereja Katolik masih mempergunakan patung-patung Santo  dan Santa dalam gereja mereka, sehingga hukum kedua seakan-akan oleh gereja Katolik ada pertentangan dengan doktrin mereka.


4.   Arti Dasatita untuk segala Bangsa dan Zaman
Meskipun Marcion beranggapan bahwa Dasatitah tidak memilki sangkut paut dengan Injil, namun pada pada dasarnya antara Injil dan Dsatitah sama sekali tidak ada perbedaan. Terbukti dalam misalnya dalam kotbah Yesus di bukit, itu membangun kerangka kotbahNya atas dasar Dasatitah. Sehingga seri kotbah diatas bukit seringkali disebut sebgai “pengulangan” Dasatitah dalam Perjanjian Baru.
Dasatitah mempunyai nilai yang tidak akan pernah hilang  bagi segala bangsa dan  zaman. Itulah undang-undan  dasar Kerajaan Allah. Yesus Kristus telah tunduk dibawah Dasatitah, dan Ia mememuhi semua tuntutan yang terdapat didalamnya. Sekarang Dasatitah  itu tidak dihapuskan, (Roma 8:4). Dasa titah masih sangat relevan dengan saman, oleh karena itu pengajaran dasatitah haruslah senantiasa menjadi bagian dari katekisasi gereja sepanjang abad sampai sekarang.

5.   Undang-undang sipil atau undang-undang Pertada (misypatim)
Selain Dasatita, dalam Tora juga terdapat undang-undang yang mengatur mengenai aturan sipil. Pengertian-pengetian  inti dari undang-undang ini adalah hukum atau undang-undang (misypat), kebenaran atau keadilan (sedaka), setia dan belas kasihan (khesed).
Dalam misipatym diatur mengenai budak, batas tanah dan semua yang menyangkut kehidupan sosial Israel. Undang-undang misypatim juga berfungsi untuk memberi batas-batas yang melingkupi Israel atau tembok pemisah antara Israel dengan bangsa-bangsa lain (Ef. 2:14). Dengan undang-undang itu, Israel kemudian tersusun menjadi negara teokrasi di dunia. Di Israel agama adalah suatu perkara nasional oleh sebab itu setiap dosa adalah delik atau pelanggaran undang-undang juga.

6.   Undang-undang mengenai Ibadat
Selain dasatitah dan hukum sipil, Torah pun memuat hukum keagamaan atau chuggim.  Undang-undang ini mengatur mengenai kemah suci , hari raya, dan korban-korban dalam ibadah. Intinya hukum ini mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dan ibadah. Inti dari ibadah Israel sendiri merupakan kesadaran tentang adanya pertentangan antara Allah yang Maha Kudus dengan manusia yang berdosa.
Lalu dalam Ibrani dikatakan bahwa, semua aturan ibadah tersebut telah digenapi oleh Yesus Kristus dalam kematian-Nya menjadi “korban” sekali untuk selamanya, dan ini akan lebih mendalam dibahas dalam dogmatika Kristen.


7.   Hukum Taurat didalam Kitab Mazmur dan Amsal Salomo
Kitab perjanjian lama terbagi atas Torah, ketubim dan nebiim. Lalu ada juga kitab pujangga, berisi syair-syair  dan kitab-kitab hikmat.
Sebelum pembuangan ke Babel, masyarakat Israel sudah memilki para pujangga yang kedudukannya hampr sama dengan para Imam di Bait Suci. Para pujangga bertugas mengajarkan “bagaimana harus hidup” yang tertuang dalam bentuk puisi atau pun nyanyian. Sepintas nyanyian atau syair-syair tersebut tidak berbeda jauh dengan syair-syair kebijaksanaan pada umumnya, namun rupanya didalam syair-syair tersebut sarat dengan gema hukum Taurat dan kitab para nabi. Disebut bahwa Allah sendiri adalah sumber hikmat itu (Amsal 8).
Disini kita bisa menyimpulkakan bahwa Hukum Taurat tidak terkatung-katung atau melayang-layang saja dalam kehidupan manusia, tetapi dalam Amsal, Hukum Turat itu pun menjelmn dalam kenyataan-kenyataan hidup.

8.   Hukum Taurat pada Nabi-nabi Israel
Hukum Taurat dalam tulisan nabi-nabi di Perjanjian lama masing-masing memilki buku atau kitab yang sangat tebal. Namun dalam Etika Kristen dapat dsimpulan sebagai berikut:
a)    Nabi-nabi Israel sesudah Musa bertitik tolak dari Hukum Taurat. Segala Sesutu yang berbentuk nubuatan, kecaman dan sebagainya, titiknya pada hukum Taurat.
b)   Nabi-nabi Israel juga bertitik tolak pada perjanjian anugerah yang menjadi dasar Hukum Taurat. Oleh sebab itu melanggar hukum Taurat dipandang sebagi tindakan murtad dan berubah setia kepada Allah.
c)    Para nabi meradikalkan Hukum Taurat. Semua sisi kehidupan manusia, pikiran, perbuatan,  keinginan, hidup bermasyarakat, dalam pekerjaan atau perdagangan, semuanya harus berdasarkan hukum Taurat.
d)   Nabi-nabi membuka kedok segala macam usaha yang mempergunakan bidat, yang secara lahiriah melakukan ibadah, mengunjungi Bait Suci namun sebenarnya mereka munafik dan membohongi Tuhan.
e)    Dalam tulisan para nabi semakin mendalam mengenai keinsyafan bahwa didalam Hukum Taurat tidak terdapat kebahagiaan jasmani. Hukum Taurat justru membuka tabir penghalang  perlawanan kodrat manusia dengan hukum Taurat itu sendiri. Kebahagiaan hanya didapatkan jika Tuhan menjadikan kebahagiaan itu.



9.   Hukum Taurat didalam Agama Yahudi
Untuk mengerti perjuangan Tuhan Yesus dan Paulus dalam menentang orang-orang Farisi  mengenai hukum Taurat, perlu diketahui bahwa pasca pembuangan ke Babel, orang Yahudi menekankan pentingnya kesetiaan kepada Torat secara lahiria. Hal itu kemudian dipandang sebagai tanda seseorang masuk dalam golongan Yahudi. Orang orang diluar bangsa Yahudi yang memilih melakukan hukum Taurat selanjutnya disebut sebagai proselit, dan sepenuhnya harus tunduk kepada ketetapan hukum Taurat.
Mulai saat itu muncullah kelompok-kelompok yang ahli dalam kitab Taurat, dan banyak diantara mereka yang kemudian menganggap diri sebagai “kunci pengetahuan”. Mereka seakan duduk diatas kursi Musa dan sibuk memvonis sana sini dengan mempergunakan hukum Taurat yang ditafsir sesuai pikiran mereka sendiri. Lebih dari itu, mereka juga menganggap setiap orang yang berada diluar mereka, dianggap sebagai am ha aretz, rakyat yang bodoh
Mula-mula Taurat ditafsir dan diajarkan secara lisan dan disebut halakah, lalu berkembang dalam bentuk tulisan disebut midrash dan Hagadah.

Lalu apakah dasar penafsiran Torat menurut para Rabi?
a)    Tuhan menyatakan diri-Nya didalam Torah, dan hanya Torah itulah yang dipandang sebagai penuntun hidup.
b)   Hukum Torat dipandang sebagai pengantara antara Tuhan dengan manusia.
c)    Dalam memberikan Taurat, aspek lahiriah sangat ditekankan.
d)   Menganggap kedatangan Mesias dalam wujud seorang pendamai yang mengajarkan kepatuhan kepada Torah dengan sempurna.
e)    Tuntutan Torat dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia.

10 . Hukum Taurat dalam ke-Empat Injil
Bagaimana sikap Yesus terhadap Taurat dalam ke-empat Injil?

a)    Yesus adalah penggenapan segala janji mesianik. Ia merombak pemahaman para Rabbi yang mengatakan  bahwa perbuatan baik mendatangkan upah, dan melanggar hukum mendatangkan hukuman. Yesus justru menekankan manusia yang telah jatuh dalam dosa haru. Manusia selamat, tidak dengan ibadah yang lahiriah, namun bagaimana batin yang merendah, mengakui dosa dihadapaan Tuhan. (Dalam kotbah dibukit, berbahagialah yang “miskin” karena merekalah yang empunya kerajaan sorga) Miskin menggambarkan pertobatan, bukan merasa seolah-oleh sudah benar dengan ibadah lahiriah yang sarat dengan kemunafikan.

a)    Yesus menggantikan posisi hukum Taurat yang menjadi pengantara antara Tuhan dengan manusia menurut pemahaman para Rabbi, Yesus justru menegaskan bahwa tidak ada yang bisa sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Artinya Yesus adalah pengantara yang sesungguhnya, bukan karena melakukan hukum-hukum Taurat.


b)   Yesus adalah Mesias sesungguhnya. Dalam memenuhi tuntutan Hukum Taurat, ia melakukannya dengan sempurna. Jika pemahaman Yahudi selama ini bahwa Mesias adalah sosok yang mampu mengajarkan dan melakukan Torat dengan sempurna, maka Yesus lah yang sanggup melakukan itu semua, diluar Dia tidak ada lagi. Dan dibuktikan misalnya dalam Yohanes 8:46 ketika Ia bertanya” siapa diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?

c)    Ketaatan-Nya sampai mati di Golgota sebagai korban juga membuktikan bahwa Dialah korban yang sesungguhnya, Ia menjadi korban sekali untuk selamanya.

d)   Yesus menentang tafsiran-tafsiran pra Raabbi yang hanya mementingkan hal-hal yang kelihatan, seperti perkara makanan, waktu berpuasa, dan pengaturan mengenai hari Sabat, sedangakan yang terpenting dalam hukum Taurat mereka lupakan  misalnya belas kasih, keadilan dan sebagainya (Matius 23:23). Perbuatan-perbuatan yang lahiriah dipandang Yesus sebagai perbuatan kosong yang dapat dibuat oleh manusia serampangan saja.

11 .Hukum Taurat didalam Tulisan Paulus
Paulus memang banyak menyinggung tentang Hukum Taurat dalam setiap tulisannya. Paulus menyadari bahwa hukum Taurat sebenarnya sudah ada sejak sejak Allah menyatakan kehendak-Nya kepada manusia, Meskipun sifatnya remang-remang, hukum itu telah tertulis dalam hati setiap orang dari segala bangsa sehingga mereka mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, namun manusia lebih memilih berbuat jahat daripada melakukan hukum yang ada dalam hati mereka, sehingga diberikanlah hukum Taurat yang tertulis. (Roma 1:18-19)
Lebih jauh Paulus menekankan bahwa tidak seorangpun yang akan mampu memenuhi tuntutan hukum Taurat oleh karena Itu kematian Yesus mengantar manusia menerima anugerah keselamatan, bukan karena melakukan hukum Taurat atau perbuatan baik, melainkan karena inisiatif Allah menyelamatkan manusia.

12. Hukum Taurat dalam Surat Yakobus
Selain Injil dan tulisan Pulus dalam PB, surat Yakobus juga membahas mengenai Hukum Taurat. Dalam hal ini Yakobus membahas mengenai iman dan perbuatan. Sepintas sepertinya ada pertentangan dengan tulisan Paulus, sebab Yakobus menekankan perbuatan sebagai wujud dari iman, sedangkan Paulus tidak. Perlu diingat bahwa Yakobus adalah seorang Israel Paletina, ia sangat terbiasa hidup dengan Torah, maka dari itu ia menekankan pentingnya perbuatan sebagai respon terhadap iman. Ia mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Antara lain dia menyebut bahwa kemerdekaan (dari hukum Taurat) tidak boleh hanya direspon secara pasif, namun kehidupan sebagai orang meredeka harus dibuktikan dalam tindakan yang nyata. Jadi bukan berarti Yakobus kembali kepada Taurat, ini hanya persoalan penekanan saja.  Yakobus menekankan respon nyata sebagai orang beriman. Sedangkan Palus lebih kepada bagaimana merubah mindset orang-orang yang menganggap Torah sebagai jalan keselamatan.

















BAB 7

POKOK HUKUM TAURAT

Injil dapat disimpulkan sebagai Allah adalah kasih. Bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allahlah yang mengasihi kita, dan kasihNya  tetap tercurah kepada kita. Sedangakn hukum Taurat disimpulkan dalam kalimat bahwa Allah menuntut kasih,  kasih itu adalah kegenapan hukum Taurat, Allah menuntut apa yang diberikanNya, yakni kasih, bukan yang lain.
Dalam Perjanjian baru Yesus bertolak kembali pada hukum  kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama.

1.   Bagaimanakan hubungan antara kedua bagian perintah kasih yang dwi-tunggal itu?
Banyak ahli teologi yang memadukan antara kedua hukum tersebut, misalnya ahli filsafat Immanuel Kant, mengtakan kasih terhadap Allah terwujud dalam kasih terhadap sesama. Yesus mengatakan bahwa jika kita mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesama, maka pada hakekatnya kita tidak mengasihi Allah. Demikian sebaliknya, jika kita berkata, kita mengasihi sesama manusia tetapi tidak mengasihi Allah maka pada hakikatnya ia pun tidak mengasihi sesama. Kesatuan dari dwi-tunggal perintah ini sangat penting dalam etika Kristen, tetapi perlu diingat  juga bahwa kedua pokok dari hukum Taurat itu masing-masing berdiri sendiri. Kasih terhadap Allah (vertical) dan kasih terhadap sesama (Horisontal). Sebagaimana loh batu pertama dan kedua merupakan dwi-tunggal, namun bukan berarti loh batu yang pertama sama dengan loh batu yang kedua.

2.   Kasih Terhadap Allah
Menurut Alkitab, kasih terhadap Allah adalah membalas kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita melalui Yesus Kristus yang telah mati bagi dosa-dosa kita.
Dalam titah yang pertama, Allah meminta yang terdalam dari kita, yakni jiwa dan hati kita.
Ia ingin menjadi  Alla seutuhnya bagi kita, dan Ia pun ingin agar kita hidup sepenuhnya untuk Dia.





3.   Kasih Kepada Sesama
Allah sungguh-sungguh menuntut kita mengasihi sesama manusia, sebagaimana kasih Allah kepada kita. Allah mengasihi kita bukan karena kita berbuat kebajikan, dan bukan karena kesalehan kita, tetapi justru Ia mengasihi kita manusia yang telah berdosa. Dasar kasih Allah kepada kita itulah yang menjadi dasar kita juga harus mengasihi sesama manusia.
Apa yang dimaksud kasih terhadap sesama dalam Alkitab? Kita dapat melihat contoh tentang orang Samaria yang murah hati. Tanpa menanyakan golongan, agama, suku dan status, namun panggilan jiwanya untuk menolong sesamanya jauh lebih penting daripada sekedar perbedaan.
Demikian juga Paulus, dalam mimpinya melihat orang Makedonia melambai-lambai agar Paulus datang kepada mereka. Paulus tidak pernah berhubungan dengan Eropa, dan bis saja Paulus mengaggap panggilan tersebut terlalu jauh baginya, namun Tuhan mengajarkan kepadanya bahwa mereka juga adalah sesama yang perlu ditolong, injil keselamatan harus diberitakan kepada mereka.

4.   Kasih Kepada Diri sendiri
Mengasihi diri sendiri cukup menimbulkan  polemic diantara para teolog, apakah boleh kita mengasihi diri sendiri? Dalam cerita Yunani diceritakan bahwa seorang pemuda bernama Narcissus. Ia sangat sombong dan sering bediri ditepi kolam lalu mengamati bayangannya sambil tersenyum mengagumi dirinya sendiri. Kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Kasih terhadap diri sendiri harus dipahami sebagai kesadaran kita terhadap anugerah Allah. Ketidak berdayaan kita akibat dosa, dilayakkan dan ditebus oleh Allah melalui Yesus Kristus.

5.   Hubungan antara pokok hukum Taurat dan penerapan khusus hukum taurat di lapangan hidup tertentu
Kita hidup dalam kenyataan bahwa seringkali kita diperhadapkan dengan peristiwa yang menuntut kita harus mengambil keputusan. Dan kadangkala banyak dari peristiwa tersebut yang membuat kita menjadi sulit untuk mengambil keputusan, apakah sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah justru menyalahi hukum Allah.
Harus diakui bahwa segala hukum-hukum Tuhan yang tertulis dalam Alkitab memang tidak seluruhnya menulis  semua sisi kehidupan manusia. Namun prinsip dari hukum Taurat tersebut cukup mewakili setiap peristiwa hidup apapun yang kita alami, dan prinsip tersebut adalah hukum dwi-tunggal dalam Taurat. Bagaimana aspek kasih kepada Allah dan sesama menjadi prioritas terdepan dalam setiap pengambilan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar