TUGAS
ETIKA
1
RINGKASAN
BUKU ETIKA KRISTEN BAGIAN UMUM
(DR.
J. Verkuyl)
BAB
6 DAN 7
Dosen:
George
Tapiheru
Disusun
Oleh
Nama:
KRISTANTO LIMPA BUDA
NIM:
18112009
Kelas:
Teologi (Malam)
BAB
6
HUKUM
TAURAT DALAM BENTUK-BENTUK HISTORISNYA
1.
Hukum
Torat mempunyai sifat Historis
Agama-agama
lain seperti Tao dan Hindu mengangap hukum–hukum atau tata tertib yang mereka
harus lakukan merupakan hukum yang sudah ada sejak semula. Namun bagi Alkitab
dalam hal ini Torah, itu tidak bisa dipisahkan dari unsur historis yang ada
didalamnya. dalam hal ini sejarah Israel. Meski Taurat diberikan dalam konteks
perjalanan dari dipadang gurun, namun kita melihat bahwa relevansi dari Hukum
Taurat masih tetap berlaku sampai sekarang.
2.
Tora
Dalam
Perjanjan Lama, hukum Taurat biasanya disebut Tora yag berasal; dari kata kerja
“hora” yang berarti mengajar,
menunjukkan. Torah inilah kemudian dipakai sebagai pedoman dalam mengatur
seluruh kehidupan Israel baik dari segi poitik, agama, budaya dan kehidupan
social mereka. Dan selanjutnya Tora dipakai untuk menyebut kitab Pentateukh
yakni kelima kitab pertama dari Alkitab.
Secara
umum Tora dibagi menjaid 3 bagian besar yakni: Dekalog, atau Dasatitah ditulis dalam dua loh batu dimana loh batu
yang pertama memuat hukum pertama mengenai hubungan kita dengan Allah, dan loh
batu yang kedua mengatur tentang hubungan manusia dengan sesama. Misypatim: Undang-undang yang mengatur sipil,
social, politk dan sebagainya. Lalu
Khuqqim: Undang
yang mengatur ketetapan Bait suci, kurban dan hari-hari raya.
3.
Kesepuluh
perintah Allah
Dasatitah
atau sepuluh Firman tercantum dalam Keluaran 5:6-21, disebut juga aseret haddebarim. Merupakan rumusan
yang sangat lengkap dari seluruh kehendak Allah yang harus dipatuhi oleh
Israel. Dimulai dengan kalimat “Akulah TUHAN Allahmu” merupakan kaliamat
pertama dari dasatitah sekaligus memberi konfirmasi bahwa Allah sendirilah yang
merupakan sumber dari setiap hukum dan ketetapan yang tertulis didalam Dasa
Firman tersebut.
Pembagian
Dasatita dikalangan gereja Katolik tidak dilakukan, mereka justru menjadikan
Dasatita menjadi satu kesatuan, namun hukum yang kedua, tentang menyembah patung disematkan pada
hukum ke-sepuluh. Ini dikarenakan karena gereja Katolik masih mempergunakan
patung-patung Santo dan Santa dalam
gereja mereka, sehingga hukum kedua seakan-akan oleh gereja Katolik ada
pertentangan dengan doktrin mereka.
4. Arti Dasatita untuk segala Bangsa
dan Zaman
Meskipun
Marcion beranggapan bahwa Dasatitah tidak memilki sangkut paut dengan Injil,
namun pada pada dasarnya antara Injil dan Dsatitah sama sekali tidak ada
perbedaan. Terbukti dalam misalnya dalam kotbah Yesus di bukit, itu membangun
kerangka kotbahNya atas dasar Dasatitah. Sehingga seri kotbah diatas bukit
seringkali disebut sebgai “pengulangan” Dasatitah dalam Perjanjian Baru.
Dasatitah
mempunyai nilai yang tidak akan pernah hilang
bagi segala bangsa dan zaman.
Itulah undang-undan dasar Kerajaan Allah.
Yesus Kristus telah tunduk dibawah Dasatitah, dan Ia mememuhi semua tuntutan
yang terdapat didalamnya. Sekarang Dasatitah itu tidak dihapuskan, (Roma 8:4). Dasa titah
masih sangat relevan dengan saman, oleh karena itu pengajaran dasatitah
haruslah senantiasa menjadi bagian dari katekisasi gereja sepanjang abad sampai
sekarang.
5.
Undang-undang
sipil atau undang-undang Pertada (misypatim)
Selain Dasatita, dalam Tora juga
terdapat undang-undang yang mengatur mengenai aturan sipil.
Pengertian-pengetian inti dari
undang-undang ini adalah hukum atau undang-undang (misypat), kebenaran atau keadilan (sedaka), setia dan belas kasihan (khesed).
Dalam misipatym diatur mengenai budak,
batas tanah dan semua yang menyangkut kehidupan sosial Israel. Undang-undang misypatim
juga berfungsi untuk memberi batas-batas yang melingkupi Israel atau tembok
pemisah antara Israel dengan bangsa-bangsa lain (Ef. 2:14). Dengan
undang-undang itu, Israel kemudian tersusun menjadi negara teokrasi di dunia.
Di Israel agama adalah suatu perkara nasional oleh sebab itu setiap dosa adalah
delik atau pelanggaran undang-undang juga.
6. Undang-undang mengenai Ibadat
Selain dasatitah dan hukum sipil,
Torah pun memuat hukum keagamaan atau chuggim. Undang-undang ini mengatur mengenai kemah suci
, hari raya, dan korban-korban dalam ibadah. Intinya hukum ini mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan agama dan ibadah. Inti dari ibadah Israel
sendiri merupakan kesadaran tentang adanya pertentangan antara Allah yang Maha
Kudus dengan manusia yang berdosa.
Lalu dalam Ibrani dikatakan bahwa,
semua aturan ibadah tersebut telah digenapi oleh Yesus Kristus dalam
kematian-Nya menjadi “korban” sekali untuk selamanya, dan ini akan lebih
mendalam dibahas dalam dogmatika Kristen.
7. Hukum Taurat didalam Kitab Mazmur
dan Amsal Salomo
Kitab
perjanjian lama terbagi atas Torah, ketubim dan nebiim. Lalu ada juga kitab
pujangga, berisi syair-syair dan
kitab-kitab hikmat.
Sebelum pembuangan ke Babel,
masyarakat Israel sudah memilki para pujangga yang kedudukannya hampr sama
dengan para Imam di Bait Suci. Para pujangga bertugas mengajarkan “bagaimana
harus hidup” yang tertuang dalam bentuk puisi atau pun nyanyian. Sepintas
nyanyian atau syair-syair tersebut tidak berbeda jauh dengan syair-syair
kebijaksanaan pada umumnya, namun rupanya didalam syair-syair tersebut sarat
dengan gema hukum Taurat dan kitab para nabi. Disebut bahwa Allah sendiri
adalah sumber hikmat itu (Amsal 8).
Disini kita bisa menyimpulkakan bahwa
Hukum Taurat tidak terkatung-katung atau melayang-layang saja dalam kehidupan
manusia, tetapi dalam Amsal, Hukum Turat itu pun menjelmn dalam
kenyataan-kenyataan hidup.
8. Hukum Taurat pada Nabi-nabi
Israel
Hukum
Taurat dalam tulisan nabi-nabi di Perjanjian lama masing-masing memilki buku
atau kitab yang sangat tebal. Namun dalam Etika Kristen dapat dsimpulan sebagai
berikut:
a)
Nabi-nabi Israel sesudah Musa bertitik
tolak dari Hukum Taurat. Segala Sesutu yang berbentuk nubuatan, kecaman dan
sebagainya, titiknya pada hukum Taurat.
b)
Nabi-nabi Israel juga bertitik tolak
pada perjanjian anugerah yang menjadi dasar Hukum Taurat. Oleh sebab itu
melanggar hukum Taurat dipandang sebagi tindakan murtad dan berubah setia
kepada Allah.
c)
Para nabi meradikalkan Hukum Taurat.
Semua sisi kehidupan manusia, pikiran, perbuatan, keinginan, hidup bermasyarakat, dalam
pekerjaan atau perdagangan, semuanya harus berdasarkan hukum Taurat.
d)
Nabi-nabi membuka kedok segala macam
usaha yang mempergunakan bidat, yang secara lahiriah melakukan ibadah,
mengunjungi Bait Suci namun sebenarnya mereka munafik dan membohongi Tuhan.
e)
Dalam tulisan para nabi semakin mendalam
mengenai keinsyafan bahwa didalam Hukum Taurat tidak terdapat kebahagiaan
jasmani. Hukum Taurat justru membuka tabir penghalang perlawanan kodrat manusia dengan hukum Taurat
itu sendiri. Kebahagiaan hanya didapatkan jika Tuhan menjadikan kebahagiaan
itu.
9. Hukum Taurat didalam Agama Yahudi
Untuk mengerti perjuangan Tuhan Yesus
dan Paulus dalam menentang orang-orang Farisi
mengenai hukum Taurat, perlu diketahui bahwa pasca pembuangan ke Babel, orang
Yahudi menekankan pentingnya kesetiaan kepada Torat secara lahiria. Hal itu kemudian
dipandang sebagai tanda seseorang masuk dalam golongan Yahudi. Orang orang
diluar bangsa Yahudi yang memilih melakukan hukum Taurat selanjutnya disebut
sebagai proselit, dan sepenuhnya harus tunduk kepada ketetapan hukum Taurat.
Mulai saat itu muncullah kelompok-kelompok
yang ahli dalam kitab Taurat, dan banyak diantara mereka yang kemudian
menganggap diri sebagai “kunci pengetahuan”. Mereka seakan duduk diatas kursi
Musa dan sibuk memvonis sana sini dengan mempergunakan hukum Taurat yang
ditafsir sesuai pikiran mereka sendiri. Lebih dari itu, mereka juga menganggap
setiap orang yang berada diluar mereka, dianggap sebagai am ha aretz, rakyat yang bodoh
Mula-mula Taurat ditafsir dan
diajarkan secara lisan dan disebut halakah,
lalu berkembang dalam bentuk tulisan disebut midrash dan Hagadah.
Lalu apakah dasar penafsiran Torat
menurut para Rabi?
a)
Tuhan menyatakan diri-Nya didalam
Torah, dan hanya Torah itulah yang dipandang sebagai penuntun hidup.
b)
Hukum Torat dipandang sebagai
pengantara antara Tuhan dengan manusia.
c)
Dalam memberikan Taurat, aspek
lahiriah sangat ditekankan.
d)
Menganggap kedatangan Mesias dalam
wujud seorang pendamai yang mengajarkan kepatuhan kepada Torah dengan sempurna.
e)
Tuntutan Torat dapat dipenuhi dengan
kekuatan manusia.
10
. Hukum Taurat dalam ke-Empat Injil
Bagaimana sikap Yesus terhadap Taurat
dalam ke-empat Injil?
a)
Yesus adalah penggenapan segala janji
mesianik. Ia merombak pemahaman para Rabbi yang mengatakan bahwa perbuatan baik mendatangkan upah, dan
melanggar hukum mendatangkan hukuman. Yesus justru menekankan manusia yang telah
jatuh dalam dosa haru. Manusia selamat, tidak dengan ibadah yang lahiriah,
namun bagaimana batin yang merendah, mengakui dosa dihadapaan Tuhan. (Dalam kotbah dibukit, berbahagialah yang
“miskin” karena merekalah yang empunya kerajaan sorga) Miskin menggambarkan
pertobatan, bukan merasa seolah-oleh sudah benar dengan ibadah lahiriah yang
sarat dengan kemunafikan.
a)
Yesus menggantikan posisi hukum Taurat
yang menjadi pengantara antara Tuhan dengan manusia menurut pemahaman para Rabbi,
Yesus justru menegaskan bahwa tidak ada yang bisa sampai kepada Bapa kalau
tidak melalui Aku. Artinya Yesus adalah pengantara yang sesungguhnya, bukan
karena melakukan hukum-hukum Taurat.
b)
Yesus adalah Mesias sesungguhnya.
Dalam memenuhi tuntutan Hukum Taurat, ia melakukannya dengan sempurna. Jika
pemahaman Yahudi selama ini bahwa Mesias adalah sosok yang mampu mengajarkan
dan melakukan Torat dengan sempurna, maka Yesus lah yang sanggup melakukan itu
semua, diluar Dia tidak ada lagi. Dan dibuktikan misalnya dalam Yohanes 8:46
ketika Ia bertanya” siapa diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?
c)
Ketaatan-Nya sampai mati di Golgota
sebagai korban juga membuktikan bahwa Dialah korban yang sesungguhnya, Ia
menjadi korban sekali untuk selamanya.
d)
Yesus menentang tafsiran-tafsiran pra
Raabbi yang hanya mementingkan hal-hal yang kelihatan, seperti perkara makanan,
waktu berpuasa, dan pengaturan mengenai hari Sabat, sedangakan yang terpenting
dalam hukum Taurat mereka lupakan
misalnya belas kasih, keadilan dan sebagainya (Matius 23:23). Perbuatan-perbuatan
yang lahiriah dipandang Yesus sebagai perbuatan kosong yang dapat dibuat oleh
manusia serampangan saja.
11 .Hukum Taurat didalam Tulisan Paulus
Paulus memang banyak menyinggung
tentang Hukum Taurat dalam setiap tulisannya. Paulus menyadari bahwa hukum Taurat
sebenarnya sudah ada sejak sejak Allah menyatakan kehendak-Nya kepada manusia,
Meskipun sifatnya remang-remang, hukum itu telah tertulis dalam hati setiap
orang dari segala bangsa sehingga mereka mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, namun manusia lebih memilih berbuat jahat daripada melakukan
hukum yang ada dalam hati mereka, sehingga diberikanlah hukum Taurat yang
tertulis. (Roma 1:18-19)
Lebih jauh Paulus menekankan bahwa
tidak seorangpun yang akan mampu memenuhi tuntutan hukum Taurat oleh karena Itu
kematian Yesus mengantar manusia menerima anugerah keselamatan, bukan karena
melakukan hukum Taurat atau perbuatan baik, melainkan karena inisiatif Allah
menyelamatkan manusia.
12. Hukum Taurat dalam Surat Yakobus
Selain Injil dan tulisan Pulus dalam
PB, surat Yakobus juga membahas mengenai Hukum Taurat. Dalam hal ini Yakobus
membahas mengenai iman dan perbuatan. Sepintas sepertinya ada pertentangan
dengan tulisan Paulus, sebab Yakobus menekankan perbuatan sebagai wujud dari
iman, sedangkan Paulus tidak. Perlu diingat bahwa Yakobus adalah seorang Israel
Paletina, ia sangat terbiasa hidup dengan Torah, maka dari itu ia menekankan pentingnya
perbuatan sebagai respon terhadap iman. Ia mengatakan bahwa iman tanpa
perbuatan adalah sia-sia. Antara lain dia menyebut bahwa kemerdekaan (dari
hukum Taurat) tidak boleh hanya direspon secara pasif, namun kehidupan sebagai
orang meredeka harus dibuktikan dalam tindakan yang nyata. Jadi bukan berarti
Yakobus kembali kepada Taurat, ini hanya persoalan penekanan saja. Yakobus menekankan respon nyata sebagai orang
beriman. Sedangkan Palus lebih kepada bagaimana merubah mindset orang-orang
yang menganggap Torah sebagai jalan keselamatan.
BAB
7
POKOK
HUKUM TAURAT
Injil dapat disimpulkan sebagai Allah
adalah kasih. Bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allahlah yang mengasihi
kita, dan kasihNya tetap tercurah kepada
kita. Sedangakn hukum Taurat disimpulkan dalam kalimat bahwa Allah menuntut
kasih, kasih itu adalah kegenapan hukum
Taurat, Allah menuntut apa yang diberikanNya, yakni kasih, bukan yang lain.
Dalam Perjanjian baru Yesus bertolak
kembali pada hukum kasih terhadap Allah
dan kasih terhadap sesama.
1. Bagaimanakan hubungan antara
kedua bagian perintah kasih yang dwi-tunggal itu?
Banyak ahli teologi yang memadukan
antara kedua hukum tersebut, misalnya ahli filsafat Immanuel Kant, mengtakan kasih terhadap Allah terwujud dalam kasih
terhadap sesama. Yesus mengatakan bahwa jika kita mengasihi Allah tetapi tidak
mengasihi sesama, maka pada hakekatnya kita tidak mengasihi Allah. Demikian
sebaliknya, jika kita berkata, kita mengasihi sesama manusia tetapi tidak
mengasihi Allah maka pada hakikatnya ia pun tidak mengasihi sesama. Kesatuan
dari dwi-tunggal perintah ini sangat penting dalam etika Kristen, tetapi perlu
diingat juga bahwa kedua pokok dari
hukum Taurat itu masing-masing berdiri sendiri. Kasih terhadap Allah (vertical) dan kasih terhadap sesama (Horisontal). Sebagaimana loh batu
pertama dan kedua merupakan dwi-tunggal, namun bukan berarti loh batu yang
pertama sama dengan loh batu yang kedua.
2. Kasih Terhadap Allah
Menurut Alkitab, kasih terhadap Allah
adalah membalas kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi karena Allah terlebih
dahulu mengasihi kita melalui Yesus Kristus yang telah mati bagi dosa-dosa
kita.
Dalam titah yang pertama, Allah
meminta yang terdalam dari kita, yakni jiwa dan hati kita.
Ia ingin menjadi Alla seutuhnya bagi kita, dan Ia pun ingin
agar kita hidup sepenuhnya untuk Dia.
3. Kasih Kepada Sesama
Allah sungguh-sungguh menuntut kita
mengasihi sesama manusia, sebagaimana kasih Allah kepada kita. Allah mengasihi
kita bukan karena kita berbuat kebajikan, dan bukan karena kesalehan kita,
tetapi justru Ia mengasihi kita manusia yang telah berdosa. Dasar kasih Allah
kepada kita itulah yang menjadi dasar kita juga harus mengasihi sesama manusia.
Apa yang dimaksud kasih terhadap sesama
dalam Alkitab? Kita dapat melihat contoh tentang orang Samaria yang murah hati.
Tanpa menanyakan golongan, agama, suku dan status, namun panggilan jiwanya
untuk menolong sesamanya jauh lebih penting daripada sekedar perbedaan.
Demikian juga Paulus, dalam mimpinya
melihat orang Makedonia melambai-lambai agar Paulus datang kepada mereka.
Paulus tidak pernah berhubungan dengan Eropa, dan bis saja Paulus mengaggap
panggilan tersebut terlalu jauh baginya, namun Tuhan mengajarkan kepadanya
bahwa mereka juga adalah sesama yang perlu ditolong, injil keselamatan harus
diberitakan kepada mereka.
4. Kasih Kepada Diri sendiri
Mengasihi diri sendiri cukup
menimbulkan polemic diantara para
teolog, apakah boleh kita mengasihi diri sendiri? Dalam cerita Yunani
diceritakan bahwa seorang pemuda bernama Narcissus. Ia sangat sombong dan
sering bediri ditepi kolam lalu mengamati bayangannya sambil tersenyum
mengagumi dirinya sendiri. Kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Kasih
terhadap diri sendiri harus dipahami sebagai kesadaran kita terhadap anugerah
Allah. Ketidak berdayaan kita akibat dosa, dilayakkan dan ditebus oleh Allah melalui
Yesus Kristus.
5. Hubungan antara pokok hukum
Taurat dan penerapan khusus hukum taurat di lapangan hidup tertentu
Kita hidup dalam kenyataan bahwa
seringkali kita diperhadapkan dengan peristiwa yang menuntut kita harus
mengambil keputusan. Dan kadangkala banyak dari peristiwa tersebut yang membuat
kita menjadi sulit untuk mengambil keputusan, apakah sesuai dengan kehendak
Tuhan ataukah justru menyalahi hukum Allah.
Harus diakui bahwa segala hukum-hukum
Tuhan yang tertulis dalam Alkitab memang tidak seluruhnya menulis semua sisi kehidupan manusia. Namun prinsip
dari hukum Taurat tersebut cukup mewakili setiap peristiwa hidup apapun yang kita
alami, dan prinsip tersebut adalah hukum dwi-tunggal dalam Taurat. Bagaimana
aspek kasih kepada Allah dan sesama menjadi prioritas terdepan dalam setiap
pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar