Rabu, 06 November 2019


Memaknai Berkat Tuhan Dengan Benar

Pdt. Ellya Makarawung

Ulangan 28:1
Ada sebagian orang yang begitu anti terhadap berkat Tuhan. Mereka berpendapat bahwa berkat selalu identik dengan keduniawian. Oleh sebab itu kita perlu mengerti dengan benar, yang disebut berkat itu bagaiamana. Bukan berarti dosa jika kita memikirkan dan mengharapkan berkat jasmani dari Tuhan. Namun perlu diingat pula bahwa jangan sampai fokus pikiran kita justru arahnya pada berkat-berkat jasmani saja, sehingga motivasi kita mengikut Dia justru terletak pada berkat-Nya. Atau dengan kata lain, saat kita hanya mengharapkan berkat jasmani dari Tuhan, kita akan kehilangan esensi yang paling berharga dari pengikutan kita kepada Dia yakni, berkat rohani. Seharusnya konsentrasi kita ialah mendengarkan Firman Tuhan, serta melakukan apa yang Tuhan mau. Bukan salah fokus.
Bagian firman Tuhan dalam Ulangan 28:1 ini seringkali disalah tafsirkan oleh banyak orang Kristen. Seolah-oleh jika kita mengikut Tuhan, maka kehidupan kita akan selalu “diatas”, menjadi sukses dalam karier, menjadi pemimpin dan sebagainya. Padahal penekanan dari bagian ini justru terdapat pada ayat 6 dan 13.

Ayat 6
Prinsip masuk keluar
Dalam hidup ini kita selalu menghadapi proses masuk dan proses keluar. Hal ini berbicara tentang siklus atau proses yang terjadi dalam hidup kita. Ada saat dimana kita berkelimpahan, seperti digambarkan Daud dalam Mazmu 23, namun ada saat hidup kita juga seperti berada dalam lembah kekelaman.
Prinsip berkat Tuhan yang harus kita pegang adalah, saat kita masuk atau pun keluar, berkat Tuhan selalu menyertai kita. Berkat Tuhan tidak selalu berbicara tentang materi, kesembuhan dan sebagainya. Berkat Tuhan juga berbicara mengenai proses pemurnian iman yang Ia kerjakan untuk kebaikan kita. Berkat juga berbicara mengenai kekuatan dan kemampuan yang diberikan Roh Kudus saat kita sedang mengalami proses keluar. Jadi jangan menggerutu, jangan menyerah, karena selalu ada berkat Tuhan dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami. 


Ayat 13
Mengangkat kita menjadi kepala bukan ekor.
Banyak orang memaknai ayat ini dengan berkata bahwa hidup orang Kristen akan selalu berhasil, menjadi direktur, pemimpin dan sebagainya. Namun sebenarnya maksud dari ayat ini ialah, keadaan dimana Tuhan menempatkan kita untuk memiliki pengaruh yang positive bagi sekeliling. Keberadaan kita sebagai gereja harus mampu menjadi garam dan terang bagi dunia yang gelap ini. Seperti Yusuf, meskipun dia hanya sebagai budak di rumah Potifar, namun keberadaannya membuat rumah Potifar menjadi diberkati.
Jadi menjadi kepala bukan berbicara tentang kedudukan, tetapi bagaimana kita memberi pengaruh bagi orang lain disekitar kita.

Kita akan naik dan bukan turun. 
Seringkali jika Tuhan ingin membawa kita naik pada tingkat kerohanian yang lebih baik, Ia akan membawa kita seakan turun. Tuhan memakai cara yang mungkin bagi kita menyakitkan, misalnya dilecehkan, dihina dan dikhianati, namun saat itu sebenarnya Tuhan sedang membawa kita untuk naik pada level yang lebih baik melalui peristiwa yang menyakitkan tersebut. Kisah ini mirip dengan apa yang dialami Daniel. Ia mengalami pembuangan, hidup dilingkungan orang “kafir”, bahkan acapkali ia difitnah bahkan hendak dibunuh. Tetapi justru dari proses itu semua, Daniel menjadi orang yang luar biasa dipakai Tuhan.
Jadi selalu nikmati dan jalani setiap proses dari Tuhan sambil mengucap syukur. Kita percaya, Ia akan selalu memberkati kita dikala kita mengalami proses dalam hidup ini. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar