Memaknai Berkat Tuhan Dengan Benar
Pdt. Ellya Makarawung
Ulangan 28:1
Ada sebagian orang yang begitu anti terhadap berkat
Tuhan. Mereka berpendapat bahwa berkat selalu identik dengan keduniawian. Oleh
sebab itu kita perlu mengerti dengan benar, yang disebut berkat itu bagaiamana.
Bukan berarti dosa jika kita memikirkan dan mengharapkan berkat jasmani dari
Tuhan. Namun perlu diingat pula bahwa jangan sampai fokus pikiran kita justru arahnya
pada berkat-berkat jasmani saja, sehingga motivasi kita mengikut Dia justru
terletak pada berkat-Nya. Atau dengan kata lain, saat kita hanya mengharapkan
berkat jasmani dari Tuhan, kita akan kehilangan esensi yang paling berharga
dari pengikutan kita kepada Dia yakni, berkat rohani. Seharusnya konsentrasi
kita ialah mendengarkan Firman Tuhan, serta melakukan apa yang Tuhan mau. Bukan
salah fokus.
Bagian firman Tuhan dalam Ulangan 28:1 ini seringkali
disalah tafsirkan oleh banyak orang Kristen. Seolah-oleh jika kita mengikut
Tuhan, maka kehidupan kita akan selalu “diatas”, menjadi sukses dalam karier, menjadi
pemimpin dan sebagainya. Padahal penekanan dari bagian ini justru terdapat pada
ayat 6 dan 13.
Ayat 6
Prinsip masuk keluar
Dalam hidup ini kita selalu menghadapi proses masuk dan
proses keluar. Hal ini berbicara tentang siklus atau proses yang terjadi dalam hidup
kita. Ada saat dimana kita berkelimpahan, seperti digambarkan Daud dalam Mazmu
23, namun ada saat hidup kita juga seperti berada dalam lembah kekelaman.
Prinsip berkat Tuhan yang harus kita pegang adalah, saat
kita masuk atau pun keluar, berkat Tuhan selalu menyertai kita. Berkat Tuhan
tidak selalu berbicara tentang materi, kesembuhan dan sebagainya. Berkat Tuhan
juga berbicara mengenai proses pemurnian iman yang Ia kerjakan untuk kebaikan
kita. Berkat juga berbicara mengenai kekuatan dan kemampuan yang diberikan Roh
Kudus saat kita sedang mengalami proses keluar. Jadi jangan menggerutu, jangan
menyerah, karena selalu ada berkat Tuhan dalam setiap peristiwa hidup yang kita
alami.
Ayat 13
Mengangkat kita menjadi kepala bukan ekor.
Banyak orang memaknai ayat ini dengan berkata bahwa hidup
orang Kristen akan selalu berhasil, menjadi direktur, pemimpin dan sebagainya.
Namun sebenarnya maksud dari ayat ini ialah, keadaan dimana Tuhan menempatkan
kita untuk memiliki pengaruh yang positive bagi sekeliling. Keberadaan kita
sebagai gereja harus mampu menjadi garam dan terang bagi dunia yang gelap ini. Seperti
Yusuf, meskipun dia hanya sebagai budak di rumah Potifar, namun keberadaannya
membuat rumah Potifar menjadi diberkati.
Jadi menjadi kepala bukan berbicara tentang kedudukan, tetapi
bagaimana kita memberi pengaruh bagi orang lain disekitar kita.
Kita akan naik dan bukan turun.
Seringkali jika Tuhan ingin membawa kita naik pada
tingkat kerohanian yang lebih baik, Ia akan membawa kita seakan turun. Tuhan
memakai cara yang mungkin bagi kita menyakitkan, misalnya dilecehkan, dihina
dan dikhianati, namun saat itu sebenarnya Tuhan sedang membawa kita untuk naik
pada level yang lebih baik melalui peristiwa yang menyakitkan tersebut. Kisah
ini mirip dengan apa yang dialami Daniel. Ia mengalami pembuangan, hidup
dilingkungan orang “kafir”, bahkan acapkali ia difitnah bahkan hendak dibunuh.
Tetapi justru dari proses itu semua, Daniel menjadi orang yang luar biasa
dipakai Tuhan.
Jadi selalu nikmati dan jalani setiap proses dari Tuhan
sambil mengucap syukur. Kita percaya, Ia akan selalu memberkati kita dikala
kita mengalami proses dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar