Ketika Tuhan
Yesus berkata “akan tetapi ketika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? Menurut tata bahasa Indonesua,
pertanyaan sejenis ini disebut pertanyaan retorik atau kalimat retorik. Kalimat
retorik sering juga disebut kalimat tanya tak bertanya, artinya pertanyaan yang
sebenarnya semua pihak sudah tau jawabannya. Kalimat retorik biasanya
mengandung pengertian
1. Penegasan.
2.
Pernyataan
3. Sindiran
Dalam kasus
ini, Yesus secara implisif menyatakan bahwa menjelang kedatangan-Nya, hanya sedikit orang yang akan beriman kepada-Nya.
Loh koq bisa? Menurut
data, tujuh milyar penduduk bumi, 2,17 % diantaranya beragama Kristen.
Bagaimana mungkin hanya sedikit orang yang beriman kepada Yesus?
Yah, mungkin
secara keagamaan benar, Kristen adalah agama mayoritas di dunia, namun belum
tentu yang beragama Kristen memilki iman yang benar kepada Yesus Kristus.
Nggak mungkin,
kan mereka percaya!
Percaya
bukan berarti beriman. Ingat iblis pun percaya kepada Yesus, bahkan ia gemetar.
(Yakobus 2:19). Orang Kristen, belum tentu bisa gemetar dalam ibadah mereka di
gereja. Yang ada mereka hanya sibuk dengan gedged mereka saat kebaktian sedang berlangsung.
Iblis tidak, dihadapan Yesus ia gemetar. Berarti iblis lebih percaya dan lebih
respek kepada hadiraa Allah ketimbang kebanyakan orang Kristen yang ke gereja
hanya melakukan kewajiban agamanya.
Iman sejati
bukan sebatas percaya secara akali. Iman yang benar itu adalah “mempercayakan
seluruh hidup kepada objek yang dipercayai”. Semua orang juga percaya tentang
Isa Almasih, lalu apa bedanya kita yang menyebut diri Kristen dengan mereka.
Padahal yang disebut Kristen adalah mereka yang memilki gaya hidup seperti yang
diajarkan Yesus. Dengan kata lain memperagakan kehidupan Kristus dalam
hidupnya. Jadi kekristenan yang benar bukan ditentukan dari status agamamu di
KTP, tetapi sejauh mana engkau memperagakan Kristus dalam hidupmu.
Seharusnya
kalimat Yesus diatas cukup menggentarkan jiwa kita. Jangan-jangan kita adalah salah
satu dalam bilangan orang-orang yang tidak memiliki iman yang benar, yang tidak
akan masuk dalam kekekalan bersama Yesus, namun justru dilemparkan kedalam
neraka yang menyala-nyala. Ini seharusnya membuat kita takut!
Persoalan
terbesarnya adalah kita cenderung menganggap itu sebagai hal biasa. Kita belum
sampai kepada perenungan secara mendalam tentang kekekalan. Yang ada justru
pemikiran kita banyak disedot oleh urusan-urusan duniawi yang toh akhirnya akan
kita tinggalkan juga.
Kita sibuk dengan
urusan popularitas, ketenaran, ingin kaya, kepuasan jiwa, sex dan
sebagainya. Tentu menjadi kaya, sukses
dan terkenal bukanlah hal yang salah. Tetapi jangan sampai kita berusaha meraih
semuanya itu sampai kita lupa akan tujuan terbesar kita, yakni bertemu Tuhan.
Lalu ketika kita sukses, kaya dan terkenal, untuk apa semuanya itu? Seharusnya
semua yang kita capai didunia ini kita kembalikan kepada Tuhan.
Yang kedua, hal yang
seringkali membuat kita abai terhadap urusan kekelan adalah kita sudah terlajur
salah asuh. Yang penting percaya pasti masuk surga! Padahal itu adalah pemahaman
yang sangat konyol. Pemahaman yang sama sekali merendahkan pengorbanan Kristus
di salib. Murahan sekali keselamatan itu jika hanya ditukar dengan imbalan
percaya. Percaya yang bagaimana dulu? Alkitab jelas berkata kerjakanlah
keselamatanmu dengan takut dan gentar. (Filipi 2:12).
Yang ketiga, urusan pertobatan bukan menjadi prioritas bagi
kita dengan kata lain seringkali ditunda, nanti sajalah bertobatnya, toh waktu
masih panjang, masih muda dan sebagainya. Kita lupa bahwa kematian bisa datang
kapan saja, tanpa mengenal umur status dan waktu. Saya sudah menyaksikan
bagaimana teman-teman yang masih muda-muda dipanggil Tuhan, ada yang tiba-tiba,
ada juga yang sakit terlebih dahulu. Intinya kematian adalah satu-satunya
kepastian yang ada dalam diri manusia. Sukses belum pasti, menikah belum tentu.
Tetapi tentang kematian, sudah pasti semua orang mati. Kematian merupakan akhir
dari semua kesempatan yang diberikan Allah bagi kita untuk bertanding, dimana
trofinya adalah surga dan neraka. Keduanya tergantung bagaimana pertandingan
iman kita selama hidup hidup. Oleh sebab itu, jadilah bijaksana dalam hidup.
Seorang hamba tuhan berkata, hiduplah hariini seperti esok kamu akan mati.
Artinya selalu bersiap bahwa kematian bisa datang kapan kapan saja, dan kamu
sudah siap, seperti perempuan yang bijaksana, didapati lampunya tetap menyala.
Tentu bukan
tanpa alasan Alkitab menulis kisah-kisah dalam PL untuk menggambarkan perkataan
Yesus tadi. Dimulai dari kisah Nuh. Saat,
kejahatan manusia sudah sampai pada ambang batas. Tuhan bermaksud merestorasi
kehidupan di dunia melalui keturunan Nuh. Dan selama selama 120 tahun Nuh
membuat bahtera sambil menyerukan pertobatan, tetapi ia justru diolok-olok. Keadaan tersebut gambaran
dari apa yang terjadi dalam zaman sekarang. Ketika pendeta dan hamba-hamba
Tuhan sedang gencar menyampaikan berita injil dan menyerukan pertobatan, kebanyakan perkataan mereka justru dianggap gila. Manusia lebih
menyukai perkataan para motivator yang mendorong mereka untuk sukses didunia. Pendeta
yang menyerukan pertobatan dan kekudusan justru dianggap kolot dan ketinggalan
zaman. Dan akhirnya, sebagaimana halnya dalam zaman Nuh, ketika keluarga Nuh
masuk kedalam bahtera, Tuhan menghancurkan bumi dengan air bah. Demikian kelak
ketika orang-orang yang bersungguh-sungguh bertobat dan beriman diangkat Tuhan
kedalam kekekalan, mereka yang hanya sibuk mengolok-olok kebenaran dan malas
untuk bertobat akan dibinasakan dalam neraka kekal.
Demikian
juga dengan kisah Lot, hanya orang-orang yang takut akan Allah yang diselamatkan.
Sementara isteri Lot yang menoleh ke belakang binasa, menjadi tiang garam. Kata
“menoleh” dalam bahasa asli Alkitab bukan berpaling, tetapi menoleh sambil
memandang dengan penuh nafsu. Ini
gambaran orang-orang yang sulit melepaskan diri dari kenikmatan dan popularitas
dunia, dan enggan hidup dalam kekudusan. Mereka pun akan dibinasakan.
Dan terkahir
adalah kisah dimana tiga juta orang Israel yang keluar dari Mesir, namun sebagian
besar dari mereka binasa di padang gurun, dan hanya dua orang dari mereka yang
masuk dalam tanah perjanjian. Ini merupakan gambaran kehidupan setelah menerima
Yesus, kita ditebus dari perbudakan dosa, tetapi kehidupan kita tidak mencerminkan
kehidupan sebagai orang yang sudah merdeka dari dosa. Kita masih saja
menghambakan diri diri dari bebagai kehidupan yang sarat dengan dosa yang
notabene adalah kejijikan bagiTuhan. Itulahsebabnya kita akan menja diorang-orang
yang hanya mendengar dan tahu tentang surga, tempat yang senang tidak ada duka
dan air mata, namun kita tidak sampai mengecap kenimatan surga itu sebab kita tidak sampai kesana. Sama halnya
dengan orang-orang Israel. Mereka tahu bahwa tujuan mereka adalah tanah Kanaan,
tanah perjanjian
Ini semua
gambaran dari keadaan ketika Tuhan Yesus datang. Dan bukan suatu kemungkinan bila
pertanyaan Yesus tersebut merupakan kalimat keprihatinan melihat umat-Nya yang
akan binasa dalam kekelan. Oleh sebab itu, selagi masih ada waktu, mari kita terus
berjuang. Jangan mau dinina bobokkan dengan pemahaman asal Kristen saja pasti
selamat. Namun kerjakan keselamtanmu dengan takut dan gentar. Seorang tokoh
Kristen terkenal berkata, kita tidak pernah tahu bagaimana kecepatan siput
berjalan menuju bahtera Nuh, namun kita tahu bahwa pada kahirnya ia sampai tepat
waktu sebelum pintu bahtera ditutup. Artinya tidak ada kata terlambat selagi
kita sungguh-sungguh dan terus berusaha.
Salam
Pertobatan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar