Rabu, 16 Oktober 2019

Pergunakan Waktu Yang Ada


Ketika Tuhan Yesus berkata “akan tetapi ketika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati  iman di bumi? Menurut tata bahasa Indonesua, pertanyaan sejenis ini disebut pertanyaan retorik atau kalimat retorik. Kalimat retorik sering juga disebut kalimat tanya tak bertanya, artinya pertanyaan yang sebenarnya semua pihak sudah tau jawabannya. Kalimat retorik biasanya mengandung pengertian
1.      Penegasan.
2.      Pernyataan
3.      Sindiran
Dalam kasus ini, Yesus secara implisif menyatakan bahwa menjelang kedatangan-Nya, hanya  sedikit orang yang akan beriman kepada-Nya.
Loh koq bisa? Menurut data, tujuh milyar penduduk bumi, 2,17 % diantaranya beragama Kristen. Bagaimana mungkin hanya sedikit orang yang beriman kepada Yesus?
Yah, mungkin secara keagamaan benar, Kristen adalah agama mayoritas di dunia, namun belum tentu yang beragama Kristen memilki iman yang benar kepada Yesus Kristus.
Nggak mungkin, kan mereka percaya!
Percaya bukan berarti beriman. Ingat iblis pun percaya kepada Yesus, bahkan ia gemetar. (Yakobus 2:19). Orang Kristen, belum tentu bisa gemetar dalam ibadah mereka di gereja. Yang ada mereka hanya sibuk dengan gedged mereka saat kebaktian sedang berlangsung. Iblis tidak, dihadapan Yesus ia gemetar. Berarti iblis lebih percaya dan lebih respek kepada hadiraa Allah ketimbang kebanyakan orang Kristen yang ke gereja hanya melakukan kewajiban agamanya.
Iman sejati bukan sebatas percaya secara akali. Iman yang benar itu adalah “mempercayakan seluruh hidup kepada objek yang dipercayai”. Semua orang juga percaya tentang Isa Almasih, lalu apa bedanya kita yang menyebut diri Kristen dengan mereka. Padahal yang disebut Kristen adalah mereka yang memilki gaya hidup seperti yang diajarkan Yesus. Dengan kata lain memperagakan kehidupan Kristus dalam hidupnya. Jadi kekristenan yang benar bukan ditentukan dari status agamamu di KTP, tetapi sejauh mana engkau memperagakan Kristus dalam hidupmu.
Seharusnya kalimat Yesus diatas cukup menggentarkan jiwa kita. Jangan-jangan kita adalah salah satu dalam bilangan orang-orang yang tidak memiliki iman yang benar, yang tidak akan masuk dalam kekekalan bersama Yesus, namun justru dilemparkan kedalam neraka yang menyala-nyala. Ini seharusnya membuat kita takut!
Persoalan terbesarnya adalah kita cenderung menganggap itu sebagai hal biasa. Kita belum sampai kepada perenungan secara mendalam tentang kekekalan. Yang ada justru pemikiran kita banyak disedot oleh urusan-urusan duniawi yang toh akhirnya akan kita tinggalkan juga.
Kita sibuk dengan urusan popularitas, ketenaran, ingin kaya, kepuasan jiwa, sex dan sebagainya.  Tentu menjadi kaya, sukses dan terkenal bukanlah hal yang salah. Tetapi jangan sampai kita berusaha meraih semuanya itu sampai kita lupa akan tujuan terbesar kita, yakni bertemu Tuhan. Lalu ketika kita sukses, kaya dan terkenal, untuk apa semuanya itu? Seharusnya semua yang kita capai didunia ini kita kembalikan kepada Tuhan.


Yang kedua, hal yang seringkali membuat kita abai terhadap urusan kekelan adalah kita sudah terlajur salah asuh. Yang penting percaya pasti masuk surga! Padahal itu adalah pemahaman yang sangat konyol. Pemahaman yang sama sekali merendahkan pengorbanan Kristus di salib. Murahan sekali keselamatan itu jika hanya ditukar dengan imbalan percaya. Percaya yang bagaimana dulu? Alkitab jelas berkata kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar.  (Filipi 2:12).
Yang ketiga,  urusan pertobatan bukan menjadi prioritas bagi kita dengan kata lain seringkali ditunda, nanti sajalah bertobatnya, toh waktu masih panjang, masih muda dan sebagainya. Kita lupa bahwa kematian bisa datang kapan saja, tanpa mengenal umur status dan waktu. Saya sudah menyaksikan bagaimana teman-teman yang masih muda-muda dipanggil Tuhan, ada yang tiba-tiba, ada juga yang sakit terlebih dahulu. Intinya kematian adalah satu-satunya kepastian yang ada dalam diri manusia. Sukses belum pasti, menikah belum tentu. Tetapi tentang kematian, sudah pasti semua orang mati. Kematian merupakan akhir dari semua kesempatan yang diberikan Allah bagi kita untuk bertanding, dimana trofinya adalah surga dan neraka. Keduanya tergantung bagaimana pertandingan iman kita selama hidup hidup. Oleh sebab itu, jadilah bijaksana dalam hidup. Seorang hamba tuhan berkata, hiduplah hariini seperti esok kamu akan mati. Artinya selalu bersiap bahwa kematian bisa datang kapan kapan saja, dan kamu sudah siap, seperti perempuan yang bijaksana, didapati lampunya tetap menyala.
Tentu bukan tanpa alasan Alkitab menulis kisah-kisah dalam PL untuk menggambarkan perkataan Yesus tadi.  Dimulai dari kisah Nuh. Saat, kejahatan manusia sudah sampai pada ambang batas. Tuhan bermaksud merestorasi kehidupan di dunia melalui keturunan Nuh. Dan selama selama 120 tahun Nuh membuat bahtera sambil menyerukan pertobatan, tetapi  ia justru diolok-olok. Keadaan tersebut gambaran dari apa yang terjadi dalam zaman sekarang. Ketika pendeta dan hamba-hamba Tuhan sedang gencar menyampaikan berita injil dan menyerukan pertobatan,  kebanyakan perkataan  mereka justru dianggap gila. Manusia lebih menyukai perkataan para motivator yang mendorong mereka untuk sukses didunia. Pendeta yang menyerukan pertobatan dan kekudusan justru dianggap kolot dan ketinggalan zaman. Dan akhirnya, sebagaimana halnya dalam zaman Nuh, ketika keluarga Nuh masuk kedalam bahtera, Tuhan menghancurkan bumi dengan air bah. Demikian kelak ketika orang-orang yang bersungguh-sungguh bertobat dan beriman diangkat Tuhan kedalam kekekalan, mereka yang hanya sibuk mengolok-olok kebenaran dan malas untuk bertobat akan dibinasakan dalam neraka kekal.
Demikian juga dengan kisah Lot, hanya orang-orang yang takut akan Allah yang diselamatkan. Sementara isteri Lot yang menoleh ke belakang binasa, menjadi tiang garam. Kata “menoleh” dalam bahasa asli Alkitab bukan berpaling, tetapi menoleh sambil memandang dengan penuh nafsu.  Ini gambaran orang-orang yang sulit melepaskan diri dari kenikmatan dan popularitas dunia, dan enggan hidup dalam kekudusan. Mereka pun akan dibinasakan.
Dan terkahir adalah kisah dimana tiga juta orang Israel yang keluar dari Mesir, namun sebagian besar dari mereka binasa di padang gurun, dan hanya dua orang dari mereka yang masuk dalam tanah perjanjian. Ini merupakan gambaran kehidupan setelah menerima Yesus, kita ditebus dari perbudakan dosa, tetapi kehidupan kita tidak mencerminkan kehidupan sebagai orang yang sudah merdeka dari dosa. Kita masih saja menghambakan diri diri dari bebagai kehidupan yang sarat dengan dosa yang notabene adalah kejijikan bagiTuhan. Itulahsebabnya kita akan menja diorang-orang yang hanya mendengar dan tahu tentang surga, tempat yang senang tidak ada duka dan air mata, namun kita tidak sampai mengecap kenimatan surga itu  sebab kita tidak sampai kesana. Sama halnya dengan orang-orang Israel. Mereka tahu bahwa tujuan mereka adalah tanah Kanaan, tanah perjanjian
Ini semua gambaran dari keadaan ketika Tuhan Yesus datang. Dan bukan suatu kemungkinan bila pertanyaan Yesus tersebut merupakan kalimat keprihatinan melihat umat-Nya yang akan binasa dalam kekelan. Oleh sebab itu, selagi masih ada waktu, mari kita terus berjuang. Jangan mau dinina bobokkan dengan pemahaman asal Kristen saja pasti selamat. Namun kerjakan keselamtanmu dengan takut dan gentar. Seorang tokoh Kristen terkenal berkata, kita tidak pernah tahu bagaimana kecepatan siput berjalan menuju bahtera Nuh, namun kita tahu bahwa pada kahirnya ia sampai tepat waktu sebelum pintu bahtera ditutup. Artinya tidak ada kata terlambat selagi kita sungguh-sungguh dan terus berusaha.
Salam Pertobatan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar