Seiring perkembangan zaman, pengetahuan pun sangat berkembang dengan pesat, termasuk dalam hal berteology. Ilmu teology juga ikut berkembang mengikuti zaman. Misalnya
1. Dulu wanita tidak boleh jadi Pendeta, sekarang sudah banyak pendeta dari kaum wanita. .
2. Dulu ke gereja harus kemeja rapih..sekrang boleh pakai kaos, celana pentil dsb.
3. Dulu pelayan mimbar harus rapih, sekarang pendeta berkotbah kadang memakai jeans dan sepatu kets.
Dan itu semua tidak salah jika sesuai dengan suasana dan audiens yang tepat misalnya anak-anak muda.
Paulus adalah salah satu tokoh teology kontekstual. Paulus selalu menyesuaikan teologi atau pengajarannyanya sesuai konteks jemaat yang ia layani.
Begitu juga saat ini, ditengah keberagaman gereja dan doktrin yang bermacam-macam, kita harus memilki pemikiran dan sikap yang benar sehingga kita tidak terjebak dalam sikap skeptis terhadadap ajaran gereja lain, terlebuih menghakimi bahwa yang itu sesat, atau yang ini sesat dan merasa bahwa ajaran kitalah yang paling benar.
Maka sebetulnya sangat miris bila para teolog kita saat ini justru mempertontonkan perdebatan teology mereka dikhalayak umum. Dalam hal ini media sosial, facebook, Youtube dan sebagainya. Apakah tidak ada cara lain yang lebih beretika ketimbang saling mencaca dan menyerang perihal doktrin di media social? Mungkin melalui dialog, diskusi dan sebagainya. Itu mungkin jauh lebih terhormat.
Sebagai jemaat awam, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap kesimpang siuran ajaran dikalangan gereja belakangan ini?
Kita liat satu contoh kasus dalam Alkitab.
Setelah hari Pentakosta rasul-rasul dengan semangat memberitakan injil sehingga banyak orang-orang yg menjadi Kristen, maka tentu hal demikian menimbulkan kemarahan dari kalangan Yahudi khususnya orang Farisi, dan menganggap mereka sebagai bidat dan penyesat.
(Kisah 5:26-42)
Dalam kisah ini? Petrus dan rasul-rasul yang lain hendak ditangkap oleh orang-orang Farisi dan menghakimi mereka, namun sebelumnya mereka meminta pertimbangan Gamaliel.
Siapa Gamaliel? Gamaliel adalah seorang Shanhendrin dan bergelar Raban, guru para rabbi. Ia sangat dihormati. Paulus mengaku bahwa Gamaliel adalah gurunya.
Ayat-ayat dalam Kisah 5:26-42 ini sering digunakan untuk menasehati orang-orang agar "diam saja" dan "tidak bertindak apa-apa" terhadap ajaran-ajaran yang dicurigai tidak benar, namun jika diselidiki maka Gamaliel memberi saran:
1. Mempertimbangkan dengan baik sikap apa yang akan diperbuat menghadapi ajaran baru.
2. Jangan gegabah bertindak terhadap kedua Rasul itu;
3. Membiarkan keduanya dengan anggapan:
Bila mereka mengajarkan ajaran manusia tentu akan lenyap dengan sendirinya sebagaiamana sebelumnya Teudas dan Yudas
Bila ternyata ajaran yang mereka bawa ternyata benar berasal dari Allah berarti mereka melawan Allah.
Apliaksinya:
1. Kita jangan lari pada salah satu kutub yaitu langsung menghukum tanpa pertimbangan atau membiarkan begitu saja tanpa pertimbangan matang. Kita harus melihat dengan benar apakah pengajar dan ajaran baru itu berpusat pada Yesus sebagai Messias atau bukan, sebab doktrin tentang Allah tidak akan bertentangn satu sama lain.
2. Kita jangan bertindak gegabah secara emosional seperti yang dilakukan oleh para Imam dan orang Saduki dengan cara marah, melarang, mengancam, memenjarakan, atau bahkan berencana membunuh mereka. Ini tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh bertindak, namun bertindak yang sesuai kuasa dan kehendak Allah.
3. Kita harus yakin bahwa Tuhan pun tidak akan membiarkan umat-Nya disesatkan, dengan cara-Nya sendiri ia akan membela. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan jangan sampai niat kita membela kebenaran tetapi kita justru terjebak dalam dosa menghakimi.
Oleh sebab itu, mari kita tetap memelihara kesatuan sebgai tubuh Kristus dengan ikatan kasih dan damai sejahtera, …
KLB
dari berbagai sumber
1. Dulu wanita tidak boleh jadi Pendeta, sekarang sudah banyak pendeta dari kaum wanita. .
2. Dulu ke gereja harus kemeja rapih..sekrang boleh pakai kaos, celana pentil dsb.
3. Dulu pelayan mimbar harus rapih, sekarang pendeta berkotbah kadang memakai jeans dan sepatu kets.
Dan itu semua tidak salah jika sesuai dengan suasana dan audiens yang tepat misalnya anak-anak muda.
Paulus adalah salah satu tokoh teology kontekstual. Paulus selalu menyesuaikan teologi atau pengajarannyanya sesuai konteks jemaat yang ia layani.
Begitu juga saat ini, ditengah keberagaman gereja dan doktrin yang bermacam-macam, kita harus memilki pemikiran dan sikap yang benar sehingga kita tidak terjebak dalam sikap skeptis terhadadap ajaran gereja lain, terlebuih menghakimi bahwa yang itu sesat, atau yang ini sesat dan merasa bahwa ajaran kitalah yang paling benar.
Maka sebetulnya sangat miris bila para teolog kita saat ini justru mempertontonkan perdebatan teology mereka dikhalayak umum. Dalam hal ini media sosial, facebook, Youtube dan sebagainya. Apakah tidak ada cara lain yang lebih beretika ketimbang saling mencaca dan menyerang perihal doktrin di media social? Mungkin melalui dialog, diskusi dan sebagainya. Itu mungkin jauh lebih terhormat.
Sebagai jemaat awam, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap kesimpang siuran ajaran dikalangan gereja belakangan ini?
Kita liat satu contoh kasus dalam Alkitab.
Setelah hari Pentakosta rasul-rasul dengan semangat memberitakan injil sehingga banyak orang-orang yg menjadi Kristen, maka tentu hal demikian menimbulkan kemarahan dari kalangan Yahudi khususnya orang Farisi, dan menganggap mereka sebagai bidat dan penyesat.
(Kisah 5:26-42)
Dalam kisah ini? Petrus dan rasul-rasul yang lain hendak ditangkap oleh orang-orang Farisi dan menghakimi mereka, namun sebelumnya mereka meminta pertimbangan Gamaliel.
Siapa Gamaliel? Gamaliel adalah seorang Shanhendrin dan bergelar Raban, guru para rabbi. Ia sangat dihormati. Paulus mengaku bahwa Gamaliel adalah gurunya.
Ayat-ayat dalam Kisah 5:26-42 ini sering digunakan untuk menasehati orang-orang agar "diam saja" dan "tidak bertindak apa-apa" terhadap ajaran-ajaran yang dicurigai tidak benar, namun jika diselidiki maka Gamaliel memberi saran:
1. Mempertimbangkan dengan baik sikap apa yang akan diperbuat menghadapi ajaran baru.
2. Jangan gegabah bertindak terhadap kedua Rasul itu;
3. Membiarkan keduanya dengan anggapan:
Bila mereka mengajarkan ajaran manusia tentu akan lenyap dengan sendirinya sebagaiamana sebelumnya Teudas dan Yudas
Bila ternyata ajaran yang mereka bawa ternyata benar berasal dari Allah berarti mereka melawan Allah.
Apliaksinya:
1. Kita jangan lari pada salah satu kutub yaitu langsung menghukum tanpa pertimbangan atau membiarkan begitu saja tanpa pertimbangan matang. Kita harus melihat dengan benar apakah pengajar dan ajaran baru itu berpusat pada Yesus sebagai Messias atau bukan, sebab doktrin tentang Allah tidak akan bertentangn satu sama lain.
2. Kita jangan bertindak gegabah secara emosional seperti yang dilakukan oleh para Imam dan orang Saduki dengan cara marah, melarang, mengancam, memenjarakan, atau bahkan berencana membunuh mereka. Ini tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh bertindak, namun bertindak yang sesuai kuasa dan kehendak Allah.
3. Kita harus yakin bahwa Tuhan pun tidak akan membiarkan umat-Nya disesatkan, dengan cara-Nya sendiri ia akan membela. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan jangan sampai niat kita membela kebenaran tetapi kita justru terjebak dalam dosa menghakimi.
Oleh sebab itu, mari kita tetap memelihara kesatuan sebgai tubuh Kristus dengan ikatan kasih dan damai sejahtera, …
KLB
dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar