Menjadi
Kekasih Allah, Pdt. Erastus Sabdono, PDO Filemon, 15 Agustus 2016,
Lukas 12:46
Menjadi
kekasih Tuhan semestinya menjadi tujuan utama yang harus kita kejar dalam
hidup. Menjadi kekasih Tuhan hanya dapat kita peroleh ketika kita membangun
hubungan yang solid dan permanen dengan Dia, serta hidup menurut standar yang
Ia tetapkan. Memang, untuk menjadi kekasih Tuhan kita harus membayar harga yang
mahal. Kita harus rela untuk tidak memilih dan mencintai susuatu yang lain
dalam dunia ini, selain mencintai Tuhan.
(Mazmur 73:25-26). Memiliki keterikatan dengan Tuhan, merupakan sikap
orang-orang yang menjadi kekasih Tuhan. Dan itu tidak cukup hanya dengan yakin dan
merasa bahwa Allah ada dalam aku, namun pola pandang terhadap dunia, dan cara
hidup yang sepenuhnya bergantung pada Tuhan haruslah nyata.
Merasa sudah
bertemu dengan Tuhan dalam ibadah yang dirancang sedemikian rupa kebanyakan
masih bersifat firtual. Dan hal tersebut merupakan ciri dari orang-orang agamawi yang merasa puas cukup dengan mengalami suasana
seperti itu. Padahal suatu tatah ibadah dapat saja diatur sedemikian rupa untuk
membawa jemaat dalam suasana yang sakral, dimana Allah seakan hadir ditengah
jemaat-Nya. Dan tidak jarang dari suasana tersebut, hanyalah sekadar fantasi dan
imajinasi semata. Allah tidak dapat disogok dengan pujian dan penyembahan dalam
suatu tatanan liturgy ibadah yang meriah. Melainkan Ia akan kita jumpai dalam
pengalaman hidup sehari-hari, melalui hubungan erat yang senantiasa terjalin
dengan-Nya, sampai kita menyatu dengan Roh-Nya (I Korintus 6:17). Dalam diri kita, Allah
telah menjadikan suatu rongga dimana Ia dapat bertemu dengan kita. Rongga
tersebut adalah hati, dan Ia ingin agar rongga tersebut kita isi dengan
kehausan yang mendalam akan Dia, bukan kepada hal-hal yang lain.
Semestinya
dalam masa hidup yang sudah kita jalani, kita telah menemukan Tuhan secara
pribadi, dan menjadi satu dengan Dia. Namun sayang, masih banyak dari kita yang
justru masih tertarik kepada dunia daripada tertarik dengan kepada Tuhan. Kita
lebih cenderung membuat rongga yang sudah dibagun oleh Allah dalam diri kita
dipenuhi oleh kehausan dengan hal-hal duniawi, dan berusaha memuaskannya. Kita
tidak sadar bahwa dunia ini tidak dapat memberikan kita kepuasan yang kekal. Bahkan
dengan terus berusaha memuaskan hati dengan dunia, kita sebenarnya sedang
membuat hidup kita semakin jauh dari Tuhan. Alkitab telah memberikan gambaran bahwa batas umur kita
hanya sampai tujuh puluh tahun. Artinya hidup kita singkat dan terbatas. Oleh
sebab itu, perlu merenungkan, untuk apa kita bersusah-susah mengumpulkan
hal-hal yang sifatnya sementara? Kita seharusnya mempergunakan waktu yang masih
ada dengan mengupayakan hal-hal yang bersifat kekal. Dengan berupaya menjadikan
diri menjadi kekasih Tuhan lewat upaya untuk bertemu dengan Dia secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar