Jumat, 04 September 2015

Allah Menajamkan Manusia, Pdt. Josep Kawu


Ringkasan kotbah, PDO Filemon, Allah Menajamkan Manusia, Pdt. Josep Kawu

:Kejadian 2 : 18-25

Ketika kita mencoba merenungkan pekerjaan Allah lewat firman Tuhan, maka kita akan semakin sadar akan ke-Maha Kuasaan Allah dalam melakukan dan menggenapi setiap rencana-Nya dalam kehidupan umat manusia. Manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah merupakan representasi Allah di dunia ini, sehingga dunia bisa melihat sosok Allah melalui kehidupan manusia. Namun sebagai reprentasi Allah, manusia tetap tidak layak untuk merasa hebat atau sombong dengan apa yang ia miliki. Manusia hanyalah seonggok tanah liat yang dibentuk dan diberi nafas oleh Allah sehingga memiliki hidup. Dan hidup itulah yang menjadikan manusia berharga, namun tetap saja, hidup adalah milik Tuhan. Jadi manusia sama sekali tidak berhak untuk merasa sombong dengan kehidupannya.
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Oleh karena itu, untuk dapat hidup ditengah-tengah manusia yang lainnya, manusia membutuhkan proses dari Tuhan. Dalam konteks ini, manusia butuh ditajamkan oleh Tuhan. Proses pentajaman akan membuat manusia semakin mengenal Sang Pencipta dan mengerti realita kehidupannya sebagai manusia. Firman Allah berkata, besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17). Sebagai manusia, seringkali kita harus bertemu dengan orang-orang yang dipakai Tuhan untuk manajamkan kita. Proses pentajaman tentu bukanlah hal yang menyenangkan. Ada kalanya kita harus hidup dengan orang-orang yang  mungkin membawa penderitaan bagi kita. Namun sebagai orang yang ingin diproses, kita tidak boleh menghindar, kita harus tetap ikut pada proses-Nya Tuhan. Dari sini kita bisa manarik kesimpulan bahwa untuk menjalani proses. hidup kita harus dibuat “repot’ oleh Tuhan. Namun tujuan dan rencana Tuhan tersebut ujungnya selalu baik, yakni membuat hidup kita menjadi lebih bermakna.
Selanjutnya dalam proses menajamkan kita, Tuhan ingin memperkenalkan kita ke dunia luar. Bukan secara biologikal, melainkan historikal. Atau dengan kata lain, bukan fisik yang dikenal orang, melainkan kesaksian hidup menjalani proses Tuhan, yang menjadikan hidup kita jadi  bermakna, bukan hanya bagi Tuhan, namun juga bagi orang lain. Tuhan adalah sutradara yang Agung dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, jangan menyimpulkan sejarah hidup kita sebelum semua kisah selesai diceritakan. Kita jangan terjebak dalam pengambilan keputusan mengenai rencana Tuhan, sebelum melihat ujung dari semuanya. Tuhan memproses kita untuk satu tujuan yang indah, yakni hidup yang bermakna.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar