Ringkasan kotbah, PDO Filemon, Allah Menajamkan Manusia, Pdt. Josep Kawu
:Kejadian 2 : 18-25
Ketika kita mencoba
merenungkan pekerjaan Allah lewat firman Tuhan, maka kita akan semakin sadar
akan ke-Maha Kuasaan Allah dalam melakukan dan menggenapi setiap rencana-Nya
dalam kehidupan umat manusia. Manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah merupakan representasi Allah di dunia ini, sehingga dunia bisa melihat
sosok Allah melalui kehidupan manusia. Namun sebagai reprentasi Allah, manusia
tetap tidak layak untuk merasa hebat atau sombong dengan apa yang ia miliki.
Manusia hanyalah seonggok tanah liat yang dibentuk dan diberi nafas oleh Allah
sehingga memiliki hidup. Dan hidup itulah yang menjadikan manusia berharga,
namun tetap saja, hidup adalah milik Tuhan. Jadi manusia sama sekali tidak
berhak untuk merasa sombong dengan kehidupannya.
Sebagai mahluk sosial,
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Oleh karena itu, untuk
dapat hidup ditengah-tengah manusia yang lainnya, manusia membutuhkan proses
dari Tuhan. Dalam konteks ini, manusia butuh ditajamkan oleh Tuhan. Proses
pentajaman akan membuat manusia semakin mengenal Sang Pencipta dan mengerti
realita kehidupannya sebagai manusia. Firman Allah berkata, besi menajamkan
besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17). Sebagai manusia, seringkali
kita harus bertemu dengan orang-orang yang dipakai Tuhan untuk manajamkan kita.
Proses pentajaman tentu bukanlah hal yang menyenangkan. Ada kalanya kita harus
hidup dengan orang-orang yang mungkin
membawa penderitaan bagi kita. Namun sebagai orang yang ingin diproses, kita
tidak boleh menghindar, kita harus tetap ikut pada proses-Nya Tuhan. Dari sini
kita bisa manarik kesimpulan bahwa untuk menjalani proses. hidup kita harus dibuat
“repot’ oleh Tuhan. Namun tujuan dan rencana Tuhan tersebut ujungnya selalu
baik, yakni membuat hidup kita menjadi lebih bermakna.
Selanjutnya dalam
proses menajamkan kita, Tuhan ingin memperkenalkan kita ke dunia luar. Bukan
secara biologikal, melainkan historikal. Atau dengan kata lain, bukan fisik
yang dikenal orang, melainkan kesaksian hidup menjalani proses Tuhan, yang
menjadikan hidup kita jadi bermakna,
bukan hanya bagi Tuhan, namun juga bagi orang lain. Tuhan adalah sutradara yang
Agung dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, jangan menyimpulkan sejarah hidup
kita sebelum semua kisah selesai diceritakan. Kita jangan terjebak dalam pengambilan
keputusan mengenai rencana Tuhan, sebelum melihat ujung dari semuanya. Tuhan
memproses kita untuk satu tujuan yang indah, yakni hidup yang bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar