Menjaga Hati, Pdt. Ellya Makarawung, 14 November 2016
Amsal 4:23
Hati
adalah bagian penting dalam hidup yang perlu dijaga dan diperhatikan, sebab
hati adalah penentu bagi kehidupan manusia. Dalam terjemahan lain, Amsal 4:23
ini diterjemahkan bahwa, hati harus dijaga melebihi apapun juga, sebab hati
merupakan batas kehidupan. Menjaga harta benda dan sesuatu yang berharga dalam
hidup tentu bukanlah persoalan yang terlalu sulit untuk kita lakukan. Namun
menjaga hati agar tetap memancarkan kehidupan sebagaimana firman Tuhan bukanlah
persoalan sederhana atau mudah untuk dilakukan. Hati yang terjaga akan
terpancar dari setiap perilaku yang menghasilkan dampak positip dalam hidup
seseorang. Tetapi sebaliknya, hati yang tidak terjaga justru akan memancarkan
kematian, seperti kuatir, marah, iri, dendam dan lain sebagainya. Ini kemudian
akan menimbulkan dampak yang buruk, bagi kesehatan secara jasmani terlebih
kepada kesehatan secara rohani. Itulah sebabnya Amsal 17:22, mengatakan bahwa
hati yang gembira adalah obat yang manjur. Penilaian Tuhan terhadap segala yang
kita lakukan pun berdasarkan dari hati, bukan penampilan fisik dan hal-hal yang
kelihatan dari luar. Termasuk ibadah yang kita lakukan, Tuhan tidak melihat
seberapa meriahnya kebaktian yang kita lakukan, tetapi Ia melihat seberapa
besar hati kita beribadah kepada-Nya. (Band.
1 Samuel 16:17 dan Matius 15:7-8).
Dalam
hal menjaga hati, hal yang harus kita lakukan adalah memperbesar kapasitas hati
kita. Hati yang sempit akan menghasilkan tindakan-tindakan serta cara hidup
yang sempit pula. Salah satu cara untuk memperbesar kapasitas dan menjaga
kualitas hati adalah dengan berusaha mengalami Tuhan setiap saat. Segala bentuk
kharisma dan kemampuan melakukan perkara besar sekalipun akan percuma bila kita
tidak melibatkan Tuhan. Bukti bahwa kemampuan dan hikmat jika tidak disertai
dengan hati yang terjaga akan sia-sia, dapat kita lihat dalam kehidupan Salomo.
Salomo merupakan tokoh yang memiliki kekayaan, hikmat, kharisma dan kemampuan politik
yang luar biasa hebat. Namun ternyata, ia tidak mengalami Tuhan secara sempurna
dalam hidupnya, sehingga hatinya condong kepada dewa-dewa sembahan isteri-isterinya.
Dan akhir hidup Salomo menjadi sangat tragis. Sebaliknya Daud ayahnya dicatat
sebagai orang yang hatinya selalu melekat dengan Tuhan. Mekipun ia sempat jatuh
dalam dosa perzinahan, dan beberapa kesalahan lainnya, namun hatinya tetap
memilih berbalik kepada Tuhan, dan akhir hidupnya Daud tetap berkenan dan
hatinya tetap terpaut kepada Tuhan. (Band, I Raja-Raja 11:14-40)
Dari
kisah hidup kedua tokoh ini, memberi kita pelajaran berharga bahwa segala
sesuatu bersumber dari hati. Daud menjaga hatinya tetap kepada Tuhan, tetapi
Salomo, meskipun berhikmat dan kaya, ia tidak sanggup menjaga hatinya. Oleh
sebab itu, mari kita terus berusaha menjaga hati kita dengan cara berusaha
mengalami Tuhan setiap hari, bahkan setiap saat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar