Minggu, 20 November 2016


Menjaga Hati, Pdt. Ellya Makarawung, 14 November 2016

Amsal 4:23

Hati adalah bagian penting dalam hidup yang perlu dijaga dan diperhatikan, sebab hati adalah penentu bagi kehidupan manusia. Dalam terjemahan lain, Amsal 4:23 ini diterjemahkan bahwa, hati harus dijaga melebihi apapun juga, sebab hati merupakan batas kehidupan. Menjaga harta benda dan sesuatu yang berharga dalam hidup tentu bukanlah persoalan yang terlalu sulit untuk kita lakukan. Namun menjaga hati agar tetap memancarkan kehidupan sebagaimana firman Tuhan bukanlah persoalan sederhana atau mudah untuk dilakukan. Hati yang terjaga akan terpancar dari setiap perilaku yang menghasilkan dampak positip dalam hidup seseorang. Tetapi sebaliknya, hati yang tidak terjaga justru akan memancarkan kematian, seperti kuatir, marah, iri, dendam dan lain sebagainya. Ini kemudian akan menimbulkan dampak yang buruk, bagi kesehatan secara jasmani terlebih kepada kesehatan secara rohani. Itulah sebabnya Amsal 17:22, mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur. Penilaian Tuhan terhadap segala yang kita lakukan pun berdasarkan dari hati, bukan penampilan fisik dan hal-hal yang kelihatan dari luar. Termasuk ibadah yang kita lakukan, Tuhan tidak melihat seberapa meriahnya kebaktian yang kita lakukan, tetapi Ia melihat seberapa besar hati kita beribadah kepada-Nya. (Band. 1 Samuel 16:17 dan Matius 15:7-8).
Dalam hal menjaga hati, hal yang harus kita lakukan adalah memperbesar kapasitas hati kita. Hati yang sempit akan menghasilkan tindakan-tindakan serta cara hidup yang sempit pula. Salah satu cara untuk memperbesar kapasitas dan menjaga kualitas hati adalah dengan berusaha mengalami Tuhan setiap saat. Segala bentuk kharisma dan kemampuan melakukan perkara besar sekalipun akan percuma bila kita tidak melibatkan Tuhan. Bukti bahwa kemampuan dan hikmat jika tidak disertai dengan hati yang terjaga akan sia-sia, dapat kita lihat dalam kehidupan Salomo. Salomo merupakan tokoh yang memiliki kekayaan, hikmat, kharisma dan kemampuan politik yang luar biasa hebat. Namun ternyata, ia tidak mengalami Tuhan secara sempurna dalam hidupnya, sehingga hatinya condong kepada dewa-dewa sembahan isteri-isterinya. Dan akhir hidup Salomo menjadi sangat tragis. Sebaliknya Daud ayahnya dicatat sebagai orang yang hatinya selalu melekat dengan Tuhan. Mekipun ia sempat jatuh dalam dosa perzinahan, dan beberapa kesalahan lainnya, namun hatinya tetap memilih berbalik kepada Tuhan, dan akhir hidupnya Daud tetap berkenan dan hatinya tetap terpaut kepada Tuhan. (Band, I Raja-Raja 11:14-40)
Dari kisah hidup kedua tokoh ini, memberi kita pelajaran berharga bahwa segala sesuatu bersumber dari hati. Daud menjaga hatinya tetap kepada Tuhan, tetapi Salomo, meskipun berhikmat dan kaya, ia tidak sanggup menjaga hatinya. Oleh sebab itu, mari kita terus berusaha menjaga hati kita dengan cara berusaha mengalami Tuhan setiap hari, bahkan setiap saat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar