Jumat, 21 Oktober 2016

Tuhan Melihat Hati, Pdt. Leonardo Sjiamsuri


Tuhan Melihat Hati, Pdt. Leonardo Sjiamsuri, PDO Fielmon, 09 Oktober 2016
Ulangan 8:2

Pada umumnya manusia sangat pandai bersandiwara dengan menampilkan sisi yang baik, dan menyembunyikan sisi yang buruk dari hidupnya kepada orang lain. Itulah sebabnya kita tidak dapat menilai karakter dan kepribadian seseorang hanya dengan melihat penampilan luar orang tersebut. Demikian juga kekristenan, kita tidak dapat menilai kualitas kerohanian atau iman hanya dengan melihat keaktifan seseorang dalam persekutuan ibadah, ataupun dalam pelayanan, sebab kualitas kerohanian yang sesungguhnya  diukur berdasarkan hati. Kualitas hati kita akan terekspose saat sedang menghadapi masalah. Dalam keadaan demikian, reaksi dan tindakan kita merupakan cerminan dari seberapa besar kualitas hati kita yang sebenarnya. Maka sebenarnya, maksud Tuhan mengijinkan masalah terjadi dalam kehidupan kita adalah untuk mengekspos  kualitas hati kita.  Selain masalah, kualitas hati seseoarang juga akan teruji melalui kesuksesan. Kesuksesan dapat dapat membuat hati seseorang menjadi berubah. Tetapi orang yang  yang benar-benar mampu menjaga sikap hatinya, tidak akan terpengaruh dengan apapun keadaan hidup yang ia alami.
Untuk mewujudkan rencana-Nya kepada bangsa Israel, Tuhan sengaja membawa mereka dalam perjalanan dengan berputar ke padang gurun selama empat puluh tahun. Hal tersebut dilakukan Tuhan untuk mengekspose seberapa besar hati bangsa Israel terhadap Tuhan. Namun rupanya pengaruh Mesir masih terlalu kuat mempengaruhi hati mereka, sehingga hanya beberapa dari dari generasi yang keluar dari Mesir  yang berhasil masuk ke tanah Kanaan. Dalam kehidupan kita, Tuhan memiliki banyak tujuan yang indah, tetapi sikap hati kitalah yang menentukan terlaksana atau tidak rencana Allah tersebut. Sebagai orang Kristen Ia ingin agar hidup kita semakin serupa dan segambar dengan Dia. Namun kadang-kadang hati kita tidak menerima dan lebih condong kepada hal-hal yang lain. Jadi segala sesuatu dalam hidup kita sangat bergantung kepada bagaimana sikap hati kita. Itulah sebabnya hati adalah hal yang paling penting untuk dibereskan. Sebab ketika hati kita tidak beres, maka kita akan melihat segala sesuatu disekitar kita menjadi tidak beres. (Band. Amsal 4:23)
Contoh orang yang mampu menjaga sikap hati mereka dalam segala keadaan adalah Daud. Meskipun ia pernah dihina bahkan dikutuki  oleh Simei, namun ia tidak sakit hati ataupun marah. Ia berusaha menguasai hatinya dengan sikap dan tindakan yang positip. Begitu juga dengan perempuan Siro Fenisia yang ditolak oleh Yesus, keteguhan dan sikap hatinya membuat Yesus tergerak untuk menyembuhkan anaknya. Demikianpun dengan kita. Bukan kehebatan dan kamampuan yang membuat  kita berhasil dalam segala keadaan, namun reaksi dan sikap hati kitalah yang paling menentukan.
Menjelang kedatangan Tuhan kembali, kita dituntut untuk memeriksa hati kita. Mungkin banyak persoalan yang masih membuat hati kita tidak dapat bersih. Karena itu bereskan hati kita, dan fokus pada kedatangan Tuhan yang semakin dekat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar