Tuhan Melihat Hati, Pdt. Leonardo Sjiamsuri, PDO Fielmon, 09 Oktober 2016
Ulangan 8:2
Pada umumnya
manusia sangat pandai bersandiwara dengan menampilkan sisi yang baik, dan
menyembunyikan sisi yang buruk dari hidupnya kepada orang lain. Itulah sebabnya
kita tidak dapat menilai karakter dan kepribadian seseorang hanya dengan
melihat penampilan luar orang tersebut. Demikian juga kekristenan, kita tidak
dapat menilai kualitas kerohanian atau iman hanya dengan melihat keaktifan
seseorang dalam persekutuan ibadah, ataupun dalam pelayanan, sebab kualitas
kerohanian yang sesungguhnya diukur
berdasarkan hati. Kualitas hati kita akan terekspose saat sedang menghadapi
masalah. Dalam keadaan demikian, reaksi dan tindakan kita merupakan cerminan
dari seberapa besar kualitas hati kita yang sebenarnya. Maka sebenarnya, maksud
Tuhan mengijinkan masalah terjadi dalam kehidupan kita adalah untuk
mengekspos kualitas hati kita. Selain masalah, kualitas hati seseoarang juga
akan teruji melalui kesuksesan. Kesuksesan dapat dapat membuat hati seseorang menjadi
berubah. Tetapi orang yang yang
benar-benar mampu menjaga sikap hatinya, tidak akan terpengaruh dengan apapun
keadaan hidup yang ia alami.
Untuk
mewujudkan rencana-Nya kepada bangsa Israel, Tuhan sengaja membawa mereka dalam
perjalanan dengan berputar ke padang gurun selama empat puluh tahun. Hal
tersebut dilakukan Tuhan untuk mengekspose seberapa besar hati bangsa Israel
terhadap Tuhan. Namun rupanya pengaruh Mesir masih terlalu kuat mempengaruhi
hati mereka, sehingga hanya beberapa dari dari generasi yang keluar dari Mesir yang berhasil masuk ke tanah Kanaan. Dalam kehidupan
kita, Tuhan memiliki banyak tujuan yang indah, tetapi sikap hati kitalah yang
menentukan terlaksana atau tidak rencana Allah tersebut. Sebagai orang Kristen
Ia ingin agar hidup kita semakin serupa dan segambar dengan Dia. Namun
kadang-kadang hati kita tidak menerima dan lebih condong kepada hal-hal yang
lain. Jadi segala sesuatu dalam hidup kita sangat bergantung kepada bagaimana sikap
hati kita. Itulah sebabnya hati adalah hal yang paling penting untuk dibereskan.
Sebab ketika hati kita tidak beres, maka kita akan melihat segala sesuatu disekitar
kita menjadi tidak beres. (Band. Amsal
4:23)
Contoh orang
yang mampu menjaga sikap hati mereka dalam segala keadaan adalah Daud. Meskipun
ia pernah dihina bahkan dikutuki oleh
Simei, namun ia tidak sakit hati ataupun marah. Ia berusaha menguasai hatinya
dengan sikap dan tindakan yang positip. Begitu juga dengan perempuan Siro
Fenisia yang ditolak oleh Yesus, keteguhan dan sikap hatinya membuat Yesus tergerak
untuk menyembuhkan anaknya. Demikianpun dengan kita. Bukan kehebatan dan kamampuan
yang membuat kita berhasil dalam segala
keadaan, namun reaksi dan sikap hati kitalah yang paling menentukan.
Menjelang
kedatangan Tuhan kembali, kita dituntut untuk memeriksa hati kita. Mungkin banyak
persoalan yang masih membuat hati kita tidak dapat bersih. Karena itu bereskan
hati kita, dan fokus pada kedatangan Tuhan yang semakin dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar