Ringkasan Kotbah PDO Filemon, 10 Agustus 2015
Takhta Penghakiman Allah
Roma 14:12
Satu hal
perlu kita ingat bahwa sebagai manusia
kita bukanlah mahluk gratisan, melainkan kita adalah mahluk ciptaan Allah yang
memiliki tanggung jawab. Suatu saat kita harus mempertanggung jawabkan seluruh kehidupan
yang dipercayakan Tuhan kepada kita dihadapan takhta penghakiman Allah. Sebagai
orang Kristen tidak cukup bagi kita hanya sekadar percaya terhadap penghakiman,
melainkan kita harus lebih sungguh-sungguh
bersiap mempertanggung jawabkan hidup kita dihadapan Tuhan Yesus. (Lukas 21:36).
Berbicara tentang penghakiman Allah, maka proses penghakiman bagi setiap
manusia tentu saja berbeda, sesuai dengan hukum dan kebenaran yang dipahami dan diyakini.
Bagi orang
Yahudi, mereka akan dihakimi menurut Torat yang tertulis diatas loh batu (Dekalog) yang selanjutnya pecah menjadi
butiran aturan-aturan yang mengatur seluruh bentuk kehidupan masyarakat Yahudi.
(Misipatym). Bagi orang non Yahudi atau
kafir, yang belum mengenal injil, mereka akan dihakimi menurut hukum nurani
atau Sunaidesis. (Roma 2:2-16). Hukum
nurani adalah aturan yang tersirat yang diwariskan dari Adam dan Hawa.dan
berlaku secara turun temurun dalam sepanjang peradaban manusia sampai saat ini.
(Band.
Wahyu 20:12)
Perlu kita
pahami bahwa dasar dari semua hukum yang dianut oleh bangsa dan budaya apapun di
seluruh muka bumi ini adalah Torat, inti dari Torat adalah “Kasih”. (Matius
22:37-40) Maka ukuran penghakiman bagi orang Yahudi yang hidup sebelum zaman
anugerah dan orang kafir yang belum
mengenal injil adalah perbuatan mereka, atau sejauh mana mereka melakukan kasih
selama hidupnya. (2 Korintus 5: 10).
Di zaman
anugerah, Kematian Yesus di kayu salib memungkinkan seluruh umat manusia menerima
penebusan dosa. Namun, meskipun dosa seluruh umat manusia telah ditebus melalui
salib Yesus, penghakiman adalah sesuatu yang mutlak dialami oleh setiap orang. Oleh
sebab itu orang-orang yang menolak salib, sebenarnya sudah hidup dibawah penghukuman.
Penghakiman bagi
orang Kristen adalah kehendak Allah. (2 Korintus
5:9-10), dan ukurannya adalah berkenan. Orang kristen dituntut tidak hanya
sekadar berbuat baik, namun lebih mengupayakan hidup yang berkenan kepada
Allah. Dan bertumbuh dalam kepekaan terhadap Allah. Inilah yang menjadi standar
hidup yang berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu sebagai orang Kristen mari
kita semakin bijaksana mempergunakan waktu yang semakin singkat ini, agar kita
layak dan berkenan ketika kita menghadap tahta pengadilan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar